Thursday 28 June 2012

Konteks Sosial dan Perkembangan Sosioemosional

Konteks Sosial dan Perkembangan Sosioemosional

Oleh

Sri Hartini, S.Psi, M.Si

Teori-teori Kontemporer

perkembangan sosioemosional anak, di fokuskan pada dua teori utama yaitu :

1.Teori ekologi dari Bronfenbrener
2.Teori Perkembangan rentang hidup (life-span) dari Erikson.

Dimana anak berkembang (Bronfenbrener) dan perubahan utama dalam perkembangan sosioemosional anak (Erikson)

1. Teori Ekologi Bronfenbrener

Teori ekologi dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner (1917) yang fokus utamanya adalah pada konteks sosial dimana anak tinggal dan orang-orang yang mempengaruhi perkembangan anak. Teori ekologi Bronfenbrenner terdiri dari lima sistem lingkungan yang merentang dari interaksi interpersonal sampai pengaruh kultur yang lebih luas. Ia menyebut sistem-sistem itu sbg mikrosistem, mesosistem, ekosistem,makrosistem, dan kronosistem.

Bagan teori ekologi bronfenbrener
Teori ekologi Bronfenbrenner terdiri dari lima sistem lingkungan
Mikrosistem adalah dimana individu menghabiskan banyak waktu bersama keluarga, teman sebaya, sekolah, tetangga.
Mesosistem adalah berkaitan erat dengan mikrosistem.
Eksosistem adalah terjadi ketika pengalaman disetting lain (dimana murid tidak berperan aktif).
Makrosistem adalah kultur yang lebih luas
Kronosistem adalah kondisi sosiohistoris dari perkembangan anak.
Mendidik Anak Berdasarkan Teori Bronfenbrener

Pandanglah anak sebagai sosok yang terlibat dalam berbagai sistem lingkungan dan dipengaruhi oleh sistem-sistem itu.

b. Perhatikan hubungan antara sekolah dan keluarga.

c. Sadari arti penting dari komunitas, status sosioekonomi, dan kultur dalam perkembangan anak.

Teori Perkembangan Rentang Hidup Erikson

Teori Erik Erikson melengkapi analisis Bronfenbrenner terhadap konteks sosial dimana anak tumbuh dan orang-orang yang penting bagi kehidupan anak. Erikson (1902-1994) mengemukakan teori tentang perkembangan seseorang melalui delapan tahapan di sepanjang rentang kehidupan.

Mendidik Anak berdasarkan Teori Erikson

1. Dorong anak untuk berinisiatif.

2. Mempromosikan usaha belajar untuk anak- anak sekolah dasar.

3. Ajak remaja mengekplorasikan identitas dirinya.

4. Kaji diri anda sebagai seorang guru dengan lensa delapan tahap erikson.

5. Ambil karakteristik yang bermanfaat dalam tahap Erikson lainnya.

KONTEKS SOSIAL DALAM PERKEMBANGAN

Menurut teori Bronfenbrenner, ada tiga konteks dimana anak menghabiskan sebahagian besar waktunya yaitu: keluarga, teman sebaya-sepermainan(peer), dan sekolah.

1. Keluarga

Anak-anak tumbuh dalam keluarga yang berbeda-beda, situasi yang bervariasi ini akan mempengaruhi perkembangan anak dan mempengaruhi murid didalam dan diluar ruang kelas.

Empat gaya bentuk asuhan (Parenting) menurut Diana Baumrind

a). Authoritarian parenting adalah gaya asuh yang sifatnya membatasi dan menghukum. Ortu yg otoriter sllu memerintah anak untuk mengikuti petunjuk mrk dan menghormati mrk.

b). Authoritative parenting adalah gaya asuh orang tua yang mendorong anak untuk menjadi independen ttp msh membatasi dan mengontrol tindakan anaknya.

c). Neglectful parenting adalah gaya asuh dimana ortu tidak terlibat aktif dlm kehidupan anaknya. Ketika anak masih kecil bahkan remaja, ortu model ini tidak akan bisa menjawab jika ditanya.

d). Indulgent parenting adalah gaya asuh dimana ortu terlibat dalam kehidupan anaknya ttp tdk banyak memberikan batasan atau kekangan pada pl mrk.

2. Teman sebaya

Selain keluarga dan guru, teman seusia atau sebaya (peer) juga memainkan peran penting dalam perkembangan anak. Fungsi terpenting dari kelompok teman sebaya adalah memberikan sumber informasi dan perbandingan ttg dunia diluar keluarga.

Hubungan teman sebaya yang buruk dimasa kanak-kanak menyebabkan terjadinya drop-out dari sekolah dan tindak kejahatan diusia remaja (roff, sells, and Golden, 1972) dan sebaliknya hubungan teman sebaya yg harmonis menyebabkan kesehatan mental yg positif diusia paruh baya nanti.

Problem hubungan teman seusia khususnya adalah Bullying (sejenis tindakan menganggu teman yg berupa teror berupa pelecehan, pemalakan, intimidasi, kekerasan, hinaan dan sejenisnya)

Status teman sebaya

Para developmentalis telah dengan tepat menunjukkan empat tipe status teman sebaya diantaranya;

Anak populer (popular children) adalah teman terbaik dan jarang dibenci teman sebayanya. Anak populer memberikan dukungan, mau mendengar dengan perhatian, menjaga alur komunikasi, terbuka, cenderung riang, bertindak mandiri, percaya diri.

Anak diabaikan (neglected children) jarang dinominasi sbg teman terbaik, ttp bukan tidak disukai oleh teman seusianya.

Anak ditolak (rejected Children) jarang dinominasi sbg teman yg baik dan sering dibenci oleh teman-teman seusianya.

Anak kontroversial (controversial children) sering dinominasi sebagai teman yg baik ttp juga kerap tidak disukai.

3. Sekolah

Disekolah anak banyak menghabiskan waktu dari sbg anggota masyarakat kecil yg sangat mempengaruhi perkembangan sosioemosional mereka.

Konteks sekolah bervariasi sejak masa kanak-kanak awal, SD hingga remaja. Setting masa kanak-kanak awal (masa TK) adalah sebuah lingkungan yg terlindung yg batas-batasnya adalah ruangan kelas. Ruangan kelas merupakan merupakan komteks utama di SD, walaupun ruangan kelas lebih mungkin dirasakan sbg unit sosial ketimbang kelas pd TK.

Guru melambangkan otoritas, yg menciptakan iklim kelas, kondisi interaksi sosial, dan sifat pelaksanaan fungsi kelompok. Saat anak memasuki SMP, lingkungan sekolah menjadi semakin luas dan kompleks (Anfara, 2001)

Perkembangan Sosioemosional

Seperti yg kita ketahui sosial juga penting dalam mempengaruhi perkembangan sosioemosional murid, keluarga, teman sebaya, sekolah. Disini kita akan lebih fokuskan pada murid itu sendiri saat kita membahas perkembangan diri dan moralitas anak.

1. Diri

Menurut dramawan Itali abad ke-20, mengatakan; saat anak mengatakan aku, maka yg mereka maksudkan adalah sesuatu yg unik, tidak tercampur dgn yg lain. Para psikolog menyebutnya dengan sebutan diri (self). Ada dua aspek terpenting dalam diri

1. Harga diri (self esteem) adalah pandangan keseluruhan individu ttg dirinya sendiri. Penghargaan kdg juga dinamakan martabat diri (self-worth) atau gambaran diri (self image).

Meningkatkan rasa harga diri anak . Hasil penelitian menyarankan empat kunci untuk meningkatkan rasa harga diri anak , (bednar, well dan Peterson, 1995, harter, 1999) yaitu;

1.Identifikasi penyebab rendah diri
2.Beri dukungan emosional dan penerimaan sosial.
3.Bantu anak untu mencapai tujuan dan prestasi.
4.Kembangkan keterampilan dalnm mengatasi masalah.

2. Identitas Diri

aspek penting lain dari diri adalah identitas, peneliti dari kanada James Marcia, menganalisis konsep erik erikson ttg identitas dan menyimpulkan bahwa penting untuk membedakan antara eksplorasi dan komitmen. Ia juga mengemukakan empat jenis tipe identitas, antara lain;

a.Identity diffusion status identitas dimana ind. Belum mengalami krisis (yakni, mrk blom mengeksplorasi alternatif yg bermakna) atau membuat komitmen.
b.Identity foreclosure status identitas dimana individu membuat komitmen ttp blom mengeksplorasikan hal-hal yang bermakna.
c.Identity moratorium status identitas dimana individu berada di tengah-tengah eksplorasi alternatif ttp belum membuat komitmen.
d.Identity achievement status identitas dimana individu telah mengeksplorasikan alternatif yang bermakna dan telah membuat komitmen
Perkembangan moral

Banyak ortu mengkhawatirkan kalau anak mereka tumbuh tanpa membawa nilai tradisional.

Perkembangan moral berkaitan dengan aturan antara konvensi ttg interaksi yg adil antar orang. Aturan ini dpt dikaji dalam tiga domain: kognitif, behavioral, dan emosional.

Teori Piaget (1932)

Piaget menarik perhatian banyak orang thd cara murid berpikir ttg moral. Ia secara ekstensif mengobservasi dan mewawancarai anak usia empat tahun sampai duabelas tahun. Dalam hai ini Piaget mengemukakan 2 (dua) tahap perkembanagan moral, yakni;

2 tahap perkembangan moral Piaget
1.Heteronomous morality adalah tahap perkembangan moral pertama menurut Piaget . Tahap ini berlangsung kira-kira usia empat - tujuh tahun Pada tahap ini keadilan dan aturan dianggap sebagai bagian dari dunia yg tidak bisa diubah atau dikontrol oleh orang lain.
2.Autonomous Morality adalah tahap perkembangan moral kedua menurut Piaget ini berlangsung pada usia 10 tahun atau lebih . Pada tahap ini anak mulai mengetahui bahwa aturan dan hukum adalah buatan manusia dan dalam menilai suatu perbuatan, niat pelaku dan konsekuensinya harus dipikirkan
Teori Kohlberg

Lawrence Kohlberg (1986), seperti Piaget, ia mengatakan bahwa perkembangan moral terutama melibatkan penalaran (reasoning) moral dan berlangsung dalam tahapan-tahapan.

Kohlberg mengemukakan tiga level perkembangan moral yaitu:

1. Precoventional reasioning

2. Coventional reasioning

3. Postcoventional reasioning

Di bawah ini terdapat level dan tahapan perkembangan moral menurut kohlberg, disini ia menyusun teori perkembangan moral yg terdiri dari tiga level utama dan dua tahap pada setiap level.

Meningkatkan perilaku prososial anak
1.Hargai dan tekankan konsiderasi kebutuhan orla.
2.Jadilah contoh perilaku prososial.
3.Beri label dan identifikasi pl prososial dan anti sosial.
4.Contohkan pl positif untu setiap murid.
5.Perhatikan dan dorong pl secara sosial yg positif ttp jgn mengunakan ganjaran eksternal.
6.Bantu anak untuk mengambil sikap dan memahami perasaan orla.
7.Gunakan strategi disiplin yg positif
8.Pimpin diskusi ttg interaksi prososial

Yudisium mahasiwa UNPRI pada tgl 18 september 2016

Acara pelepasan wisudawan dan wisudawati psikologi S1 angkatan ke 5 Yudisium mahasiwa Unpri jurusan psikologi, kegiatan ini juga akan ...