PSIKOLOGI ABNORMAL
Tujuan
Mata Kuliah :
-
Memahami tingkah laku
abnormal
-
Memahami penyebab
tingkah laku abnormal
- Mampu melakukan
treatment psikologis yang tepat pada penderita yang mengalami gangguan
perilaku.
DEFENISI
UMUM
Sehat adalah suatu
keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara penuh dan bukan
semata-mata berupa absennya penyakit atau keadaan lemah tertentu (World Health
Organization)
Ciri-ciri
pribadi Sehat dan Normal
Aspek
penyesuaian diri
|
Ciri
Perilaku
|
Sikap
terhadap diri sendiri
|
Menunjukkan
penerimaan diri, memiliki jati diri yang memadai (positif), memiliki
penilaian realistis terhadap berbagai kelebihan dan kekurangan.
|
Persepsi
terhadap realitas
|
Memiliki
pandangan yang realistis terhadap diri dan terhadap dunia, orang maupun benda
disekelilingnya.
|
Integrasi
|
Berkepribadian
utuh, bebas dari konflik-konflik batin yang melumpuhkan, memiliki toleransi
yang baik terhadap stress.
|
Kompetensi
|
Memiliki
kompetensi-kompetensi fisik, intelektual, emosional, dan social yang memadai
untuk mengatasi berbagai problem hidup.
|
Otonomi
|
Memiliki
kemandirian, tanggung jawab dan penentuan diri (self-determination;
self-direction) yang memadai disertai kemampuan cukup untuk membebaskan diri
dari aneka pengaruh social
|
Pertumbuhan
aktualisasi diri
|
Menunjukkan
kecenderungan kearah semakin matang, semakin berkembang
kemampuan-kemampuannya dan mencapai pemenuhan diri sebagai pribadi.
|
BEBERAPA
KRITERIA ABNORMAL
a. Menyimpang
dari norma-norma statistic
Menurut
patokan ini yang disebut abnormal adalah setiap hal yang luar biasa, tidak
lazim, atau secara harafiah yang menyimpang dari norma
b. Menyimpang
dari norma-norma social
Menurut
kriteria ini, abnormal diartikan sebagai non konformitas, yaitu sifat tidak
patuh atau tidak sejalan dengan norma sosial
c. Ketidakmatangan
Disini
seseorang disebut abnormal bila perilakunya tidak sesuai dengan tingkat
usianya, tidak selaras dengan situasi dan masalahnya.
SEBAB - SEBAB PERILAKU ABNORMAL
A. MENURUT TAHAP
BERFUNGSINYA
Menurut
tahap-tahap berfungsinya, sebab-sebab perilaku abnormal dapat dibedakan sebagai
berikut:
1.
Penyebab Primer (Primary Cause)
Kondisi yang
tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul. Misalnya, infeksi sipilis
yang menyerang system syaraf pada kasus ‘paresis general’
2.
Penyebab yang
Menyiapkan (Presdisposing Cause)
Kondisi yang
mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan tertentu
dalam kondisi-kondisi tertentu di masa mendatang. Misalnya, anak yang ditolak
oleh orangtuanya (‘rejected child’)
mungkin menjadi lebih rentan terhadap tekanan hidup setelah dewasa
3.
Penyebab Pencetus (Precipitating Cause)
Kondisi yang tak
tertahankan bagi individu dan mencetuskan gangguan. Misalnya, seorang wanita
muda yang menjadi terganggu setelah mengalami kekecewaan berat ditinggalkan
tunangannya.
4.
Penyebab yang
Menguatkan (Reinforcing Cause)
Kondisi yang cenderung
mempertahankan atau memperteguh tingkah laku maladaptive yang sudah terjadi.
Misalnya, perhatian yang berlebihan pada seorang gadis yang sedang sakit justru
dapat menyebabkan yang bersangkutan kurang bertanggung jawab atas dirinya, dan
menunda kesembuhannya.
B. MENURUT
SUMBER ASALNYA
1.
Faktor Biologis
Berbagai keadaan
biologis atau jasmani yang dapat menghambat perkembangan maupun fungsi sang
pribadi dalam kehidupan sehari-hari seperti kelainan gen, kurang gizi, penyakit
dan sebagainya.
a. Cacat
Genetik
Keadaan ini
biasanya berupa abnormalitas atau kelainan kromosom. Contoh: sindrom Down
b. Kelemahan
Konstitusional
Konstitusional
adalah struktur (makeup) biologis individu yang relative menetap akibat
pengaruh-pengaruh genetic atau lingkungan sangat awal termasuk lingkungan
pranatal. Konstitusi mencakup beberapa aspek:
1)
Fisik atau bangun tubuh
Sheldon
(1954, dalam Hall dan Lindzey, 1993) mengaitkan bangun tubuh dengan sifat
kepribadian dan psikopatologi. Ada tiga macam bangun tubuh: endomorfik,
mesomorfik, dan ektomorfik.
2)
Cacat fisik
Pengaruh
dari suatu cacat bergantung pada cara individu yang bersangkutan menerima/ memandang dan menyesuaikan diri
dengan keadaannya tersebut.
2.
Deprivasi fisik
Malnutrisi
atau kekurangan gizi dimasa bayi dapat menghambat pertumbuhan fisik, melemahkan
daya tahan terhadap penyakit.
3.
Faktor-faktor
Psikososial
a. Trauma
di masa kanak-kanak
Trauma
(psikologis) adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa mampu dan
harga diri, sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan
sepenuhnya dan akan dibawa terus ke masa dewasa.
b. Deprivasi
Parental
Tidak ada
kesempatan untuk mendapat rangsangan emosi dari orang tua, berupa kehangatan,
kontak fisik, rangsangan intelektual, emosional dan social. Misalnya,
dipisahkan dari orang tua dan dititipkan ke panti asuhan.
c. Hubungan
Orang tua –Anak yang Patogenik
Dalam hal ini antara orangtua dan anak, yang
berakibatkan menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak. Ada tujuh
macam pola hubungan orangtua-anak yang bersifat Patogenik:
1)
Penolakan
2)
Overproteksi dan sikap
serba mengekang
3)
Menuntut secara tidak
realistic
4)
Bersikap terlalu lunak
pada anak (over-permissive) dan
memanjakan
5)
Disiplin yang salah
6)
Komunikasi yang kurang
atau komunikasi yang irsional
7)
Teladan buruk dari
pihak orangtua
4.
Faktor-faktor sosial kultural
Faktor-faktor social
kultural meliputi keadaan objektif dalam masyarakat atau tuntutan dari
masyarakat yang dapat berakibatkan menimbulkan tekanan pada individu dan
selanjutnya melahirkan berbagai bentuk gangguan, seperti:
a.
Suasana perang dan
suasana kehidupan yang diliputi kekerasan
b.
Terpaksa menjalankan
peran sosial yang berpotensi menimbulkan gangguan, seperti menjadi tentara
dalam peperangan harus membunuh musuh.
c.
Menjadi korban
prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan tertentu seperti suku,
agama, ras, afiliasi politik, dan sebagainya.
d.
Resesi ekonomi dan
kehilangan pekerjaan
e.
Perubahan sosial dan
iptek yang sangat cepat melampaui kemampuan wajar orang untuk menyesuaikan
diri.
SEJARAH
PSIKOPATOLOGI
Demonology
Awal
Doktrin bahwa wujud yang jahat seperti setan,
mungkin merasuki seseorang dan mengendalikan pikiran dan tubuhnya disebut
demonologi.
Somatogenesis
Pada abad kelima
SM, Hipocrates (460?-377? SM) mengklasifikasikan gangguan mental ke dalam tiga
kategori: Mania, Melankonlia dan prenitis atau demam otak. Beliau berpendapat
bahwa tingkah laku abnormal disebabkan karena tidak adanya keseimbangan cairan
di dalam tubuh (darah, cairan empedu hitam, empedu kuning dan lender). Jika seseorang
lambat dan tumpul kemungkinan tubuh mengandung cairan lendir yang banyak.
Cairan empedu hitam yang dominan adalah penyebab melankoli. Empedu kuning mudah
tersinggung dan kecemasan; dan terlalu banyak darah menyebabkan berubah-ubah
temperamen.
Zaman Pertengahan (Abad ke-15 hingga abad ke-17)
Tingkah laku ilmu
sihir tes terapung di air
Rumah
Sakit Jiwa
Pada
akhir abad ke-15 dan awal abad ke -16, rumah sakit jiwa merupakan tempat
penampungan orang yang mengalami gangguan jiwa.
Perspektif
Tentang Perilaku Abnormal
Perspektif
Biologis
OTAK
PUSAT
SISTEM SARAF TULANG
BELAKANG
SOMATIK
TEPI
OTONOMIK
(SSO)
1.
Parasimpatis
2.
Simpatis
Sistem saraf terdiri dari sel saraf
dan neuron yang berkomunikasi satu dengan yang lainnya melalui pembawa pesan
kimiawi atau neurotransmitter.
Asetilkolin Mengendalikan kontraksi otot dan
pembentukan ingatan Alzheimer
Dopamine Mengatur kontraksi otot, belajar,
ingatan dan emosi Skizofrenia
Norepinefrin Mengatur belajar dan ingatan Gangguan mood
Serotonin
pengatur kondisi mood, kepuasan dan
tidur depresi dan gangguan makan
Perspektif Psikologis
Model – model Psikodinamika
(Sigmund Freud)
Perilaku abnormal disebabkan karena
konflik psikologis di luar alam sadar yang dapat dilacak pada masa kecil.
Model Belajar
Penyebab gangguan perilaku adalah
proses belajar yang salah. Bentuk kesalahan belajar ada dua yaitu pertama,
gagal mempelajari bentuk-bentuk perilaku adaptif yang diperlukan dalam hidup
atau tidak ada kesempatan belajar. Kedua, mempelajari tingkah laku yang
maladaptif.
Model Humanistik
Penyebab gangguan perilaku adalah
dikarenakan adanya hambatan-hambatan yang dihadapi orang ketika mereka berjuang
untuk memperoleh self-actualization
Perspektif Sosial Kultural
Sumber penyebab utama perilaku
abnormal adalah keadaan objektif dari masyarakat yang bersifat merugikan
seperti kemiskinan, diskriminasi, prasangka ras serta kekejaman dan kekerasan.
Model Diatesis Stres
Gangguan muncul dari kombinasi atau
interaksi dari satu diathesis dengan stres
Diatesis
Stres Perkembangan
Gangguan
Suatu Predisposisi Stresor
Lingkungan semakin
kuat Diatesis,
atau kerentanan
semakin sedikit Stres yang dibutuhkan untuk menghasilkan gangguan
Trauma Pranatal Kekerasan
Seksual atau fisik pada masa kanak-kanak Konflik Keluarga Perubahan-perubahan
kehidupan yang signifikan
|
Gangguan Psikologis
|
Predisposisi
yang diwariskan untuk pengembangan gangguan
|
DIAGNOSIS
MULTIAKSIAL
Berguna
untuk mempermudah evaluasi yang komprehensif dan sistematis dengan
memperhatikan berbagai gangguan mental, kondisi medis umum, problem psikologis
dan lingkungan serta tingkat fungsi yang memungkinkan untuk diabaikan jika
pemeriksaan berfokus pada permasalahan tunggal yang muncul saat itu.
Lima Dimensi
Klasifikasi
Aksis I. Semua
kategori diagnostik kecuali gangguan kepribadian dan retardasi mental
Aksis II.
Gangguan kepribadian dan retardasi mental
Aksis III.
Kondisi medis umum
Aksis IV.
Problem Psikososial dan lingkungan
Aksis V. Penilaian
fungsi secara global
AUTISMA
Autism merupakan
gangguan perkembangan pervasive yang ditandai oleh adanya kelainan yang muncul
sebelum usia 3 tahun, dan dengan ciri kelainan fungsi dalam tiga bidang:
interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas dan berulang.
Assesmen:
Langkah-langkah:
1.
Wawancara awal untuk
mengetahui data biografi
2.
Observasi
3.
Penggunaan instrument
atau pedoman observasi misalnya CHAT dan CARS
Kriteria dan
Diagnosa
a.
Gangguan kualitatif
dalam interaksi sosial, yang termanifestasi pada paling tidak dua dari gejala
berikut :
i. Kontak
mata, ekspresi wajah, sikap tubuh, dan gerak-gerik tubuh untuk menjalankan
interaksi social
ii. Kegagalan
dalam membangun hubungan pertemanan
iii. Kurangnya
spontanitas dalam berbagai kesenangan
iv. Kurangnya
hubungan social dan emosional yang timbal balik
b.
Gangguan kualitatif
dalam komunikasi, yang termanifestasi pada paling tidak satu dari gejala berikut
:
i.
Keterlambatan atau sama
sekali tidak berkembangnya kemampuan bicara
ii.
Penggunaan bahasa yang
stereotipe dan berulang, atau bahasa yang aneh
c.
Adanya pola yang
dipertahankan dan streotip dalam perilaku, minat dan aktivitas
i.
Keterikatan pada ritual
atau rutinitas spesifik yang tidak berguna
ii.
Adanya gerakan-gerakan
tang stereotip dan berulang
iii.
Perhatian yang secara
terus menerus pada bagian tertentu dari benda.
Dinamika
Psikologis
a. Gambaran
kognitif
b. Gambaran
social emosi
c. Gambaran
kemampuan motorik
d. Kondisi
keluarga dan pola asuh
Intervensi
Membuat rancangan intervensi psikologis
sesuai dengan hasil assesmen
GPP/H
GANGGUAN
PEMUSATAN PERHATIAN DAN/ATAU HIPERAKTIFITAS
Merupakan
sindrom neurobehavioral yang ditandai dengan adanya kekurangmampuan dalam pemusatan
perhatian, impulsivitas dan hiperaktifitas yang secara nyata mengganggu
kehidupan penderita, sebelum umur 7 tahun. Terjadi dalam dua fungsi yaitu,
fungsi social dan akademik.
Assesmen
1.
Alloanamnesa: dilakukan
dengan wawancara dengan orangtua atau keluarga
2.
Observasi dilakukan
dengan melakukan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung untuk
mendapatkan informasi mengenai:
·
Kognitif
·
Emosi
·
Social
·
Psikomotor
3.
Tes Psikologi untuk
mengungkap aspek psikologi, yaitu:
·
Kognitif
·
Emosi
·
Sosial
·
Psikomotor
Kriteria
Diagnosis
1.
Gangguan Pemusatan
Perhatian
-
Sering gagal member
perhatian pada detail atau kurang teliti dalam bekerja
-
Mengalami kesulitan
untuk memusatkan perhatian dalam suatu tugas atau permainan
-
Sering seakan tidak
mendengar ketika diajak bicara
-
Mudah terganggu dengan
adanya stimulus dari luar atau mudah beralih perhatian
-
Sering lupa pada
kegiatan rutin
2.
Impulsifitas
·
Menjawab sebelum
pertanyaan selesai
·
Tidak bisa menunggu
giliran, baik dalam bermain maupun berbicara
·
Menginterupsi orang
lain
3.
Hiperaktifitas
·
Kaki dan tangan tidak
bisa diam atau banyak bergerak di tempat duduk
·
Berdiri atau berjalan
di dalam kelas pada situasi yang dituntut untuk duduk
·
Berlari-lari atau
memanjat tanpa mempedulikan lingkungan
·
Mengalami kesulitan
untuk bermain dengan tenang dan santai
SIMPTOMATOLOGI
I.
GANGGUAN PROSES PIKIR
Pikiran adalah
suatu fungsi yang tersusun dari kerjasama satu ide dengan ide lainnya melalui
membayangkan, menangkap, menarik kesimpulan, dan proses-proses lainnya disertai
pembentukan ide baru.
Pikiran yang
normal terdiri dari arus ide-ide yang terarah pada suatu tujuan akhir yang
realistis.
GANGGUAN PROSES
PIKIR:
1.
Gangguan arus/ jalan
pikiran
2.
Gangguan pikiran yang
dikuasai
3.
Gangguan isi pikiran
4.
Gangguan bentuk pikiran
Ad.1 Gangguan
arus/ jalan pikiran
1.
Flight of ideas
Pikiran yang
mengalir dengan sangat cepat sehingga satu kalimat dengan kalimat berikutnya
tidak ada hubungannya. Dijumpai
penderita manic dan schizophrenia
2.
Inkoherentia
Pikiran yang
sangat-sangat cepat sehingga satu kata dengan satu kata lainnya tidak ada
hubungannya. Dijumpai pada keracunan, delirium, skizophrenia.
3.
Inhibisi/ retardasi
pikiran
Pikiran yang
melambat disertai dengan ide-ide yang berkurang
sehingga sulit mengambil keputusan, konsentrasi dan perhatian berkurang.
Dijumpai pada
depresi dan schizopren
4.
Sirkumtansialiti
Pikiran yang
dihasilkan secara lambat, berbelit belit dan mendetail namun sampai juga pada
tujuan yang dimaksud. Dijumpai pada kepribadian yang epileptic, schizophrenia
5.
Perseverasi
Arus pikiran
yang berulang dan menetap dimana seharusnya pikiran tersebut telah berhenti
secara relevan. Dijumpai pada gangguan mental organik dan schizophrenia
6.
Bloking
Penghentian yang
tiba-tiba dari jalan pikiran. Dijumpai pada schizophrenia, anxietas
7.
Stereotype
Pengulangan yang
konstan dari pembicaraan atau aktivitas yang tak jelas tujuannya. Dijumpai pada
schizophrenia
.
Ad. 2 Gangguan pikiran yang dikuasai
1. Obsesi
Isi alam
kesadaran yang menetap dan mendominasi pikirannya tanpa sesuatu sebab. Dijumpai pada schizophrenia, depresi
dan GMO
2. Thought
insertion
Penderita mengatakan
pikiran lain/asing memasuki pikirannya yang dating dari dunia luar. Khas untuk
schizophrenia
3. Thought
deprivation/ withdrawal
Pikirannya
tiba-tiba telah ditarik keluar oleh pengaruh asing. Khas untuk schizophrenia
4. Thought
broadcastdiri.
Penderita
mengatakan begitu dia sedang berpikir, orang lain juga berpikir yang sama
dengan pikirannya tersebut. Khas untuk schizophrenia
Ad. 3 Gangguan Isi
Pikiran
1.
Waham
Anggapan yang
salah yang tidak tergoyahkan lagi oleh seseorang di luar jangkauan social
cultural dari masyarakat dimana individu tersebut tinggal. Dijumpai pada
gangguan kepribadian dan schizophrenia
2.
Hipokondria
Individu yang
terlalu mengkonsentrasikan dirinya secara abnormal pada badannya sendiri.
Dijumpai pada depresi, schizophrenia
3.
Fobia / phobia
Satu perasaan
takut yang pathologis dan berlebihan terhadap satu objek/situasi yang spesifik.
Ad 4. Gangguan Bentuk Pikiran
1.
Dereism/Dereistic
thinking
Pikiran yang tidak ada hubungannya dengan
realita. Dijumpai semua psikosa
2.
Autisme
Berpikir hanya di dunia sendiri, tanpa
melihat hubungannya dengan relaita yang ada.
3.
Neologisme
Menciptakan kata-kata baru yang menurut
individu tersebut ada artinya. Dijumpai pada schizophrenia.
II.
GANGGUAN PERSEPSI
Persepsi adalah
suatu proses mengamati, mengetahui dan mengartikan segala sesuatu serta
hubungannya setelah panca indera mendapat rangsang.
1.
Halusinasi
Penginderaan
tanpa ada rangsang apapun pada panca indera
2.
Ilusi
Adanya
rangsangan pada panca indera yang disalahtafsirkan. Biasanya dijumpai bila ada
keadaan emosi yang dilandasi ketakutan yang memuncak, mengandung harapan yang
besar.
3.
Makropsia
Objek kelihatan
lebih besar.
4.
Mikropsia
Objek kelihatan
lebih kecil. Biasanya dijumpai pada tumor lobus temporalis, epilepsy,
kadang-kadang skizophrenia dan hysteria.
III.
GANGGUAN PSIKOMOTOR
Psikomotor
adalah perbuatan dan pergerakan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa dan yang
dapat dilihat.
1.
Ekholali
Mengulang-ulang
perkataan orang lain.
2.
Ekhopraksia
Langsung
menirukan pergerakan orang lain.
3.
Stereotipe
Pergerakan
berulang-ulang yang tidak bertujuan
4.
Command automatisme
Mengikuti
perintah secara otomatis tanpa dipikirkan lebih dahulu.
5.
Katapleksi
Tonus otot yang
menghilang secara mendadak tanpa diikuti dengan kesadaran yang menurun.
6.
Fleksibilitas serea
Mempertahankan posisi tubuh yang dibuat orang
lain padanya.
7. Katalepsi
Mempertahankan posisi badan
tertentu yang tak dapat diubah oleh orang lain.
8. Grimas
Mimik yang aneh dan berulang
9.
Mimikri
Gerakan sederhana
menirukan gerakan anak-anak.
10.
Hipoaktif
Menurunnya aktivitas
11.
Hiperaktifitas
·
Hiperkinesis : tak
senang diam, agresif, destruktif
·
Somnabolisme/Sleep
Walking : aktivitas motorik sewaktu tidur
·
Kompulsi : impuls yang
tak dapat dikontrol yang mengakibatkan perbuatan berulang kali
IV.
GANGGUAN AFEK DAN EMOSI
Afek
adalah suatu alam perasaan yang berlangsung lama; emosi yang berlangsung
singkat.
1.
Anxietas
Perasaan
yang sangat tidak menyenangkan yang disebabkan oleh adanya kecemasan dimana
objek yang dicemaskan tidak jelas.
2.
Depresi
Perasaan
sedih yang patologis
3.
Hipertimia
Perasaan
gembira di luar batas tanpa sebab-sebab yang objektif yang bias berupa:
·
Euphoria : rasa gembira
yang abnormal
·
Eksaltasi : keyakinan
diri yang berlebihan yang bersifat kebesaran tentang dirinya
·
Ekstasi : kenikmatan
yang sangat mendalam disertai rasa sangat puas.
4.
Poikilotimia
Perasaan
yang berubah-ubah dari suatu keadaan ekstrim lucu kepada keadaan ekstrim lain
berupa cemas atau depresi
5.
Tak wajar/tak serasi
Alam
perasaan yang tidak sesuai dengan isi pembicaraan/inappropriate
6.
Dangkal
Alam
perasaan yang datar/tumpul.
KECEMASAN
Kecemasan
merupakan respon actual dan antisipatif terhadap suatu masalah yang terkait
dengan lingkungan atau dalam diri yang bersangkutan. Penghayatan perasaan cemas
ditandai oleh rasa tidak nyaman, gelisah, resah yang merupakan eksitasi oleh
stimulasi internal dan eksternal yang pada umumnya disertai oleh gangguan
fungsi psikofisiologis, dalam bentuk berbagai keluhan psikofisik. Pada kondisi
cemas yang intensif, kecemasan semakin tinggi oleh perasaan terancam
berkepanjangan juga disertai dengan adanya keluhan psikofisik.
Assesmen Psikologi
Klinis
1.
Wawancara klinis
(Clinical Interview)
2.
Observasi klinis
(Clinical Observation)
3.
Pemeriksaan Psikologi
Klinis (Clinical Psychology Assessment)
Tes WB, tes proyeksi,
inventory
Kriteria Diagnosis
1.
Kecemasan yang
berlangsung selama 6 bulan, terjadi pada berbagai setting kehidupan.
2.
Individu kesulitan
untuk mengendalikan kecemasan
3.
Kecemasan ditandai
dengan tiga symptom dari 6 simptom:
a.
Gangguan tidur
b.
Mudah merasa kelelahan
c.
Sulit konsentrasi
d.
Mudah marah
e.
Ketegangan otot
f.
Perasaan tidak berdaya
4.
Gangguan fobia adalah
ketakutan yang irrasional terhadap suatu objek. Misalnya, agoraphobia, fobia
social, fobia khas dan fobia lain.
5.
Gangguan kecemasan
lainnya adalah kecemasan yang tidak terbatas pada situasi lingkungan tertentu
saja, terdiri dari gangguan panic, gangguan cemas menyeluruh, gangguan gabungan
dari kondisi kecemasan dan depresi.
6.
Kecemasan yang diikuti
oleh symptom fisik disebabkan oleh masalah gangguan keseimbangan emosionil atau
gangguan pada fungsi social, okupasional, dan area penting yang lain.
Sebab-Sebab
dan Sumber Kecemasan
Freud
mengemukakan bahwa lemahnya ego akan menyebabkan ancaman yang memicu munculnya
kecemasan, sumber ancaman terhadap ego tersebut berasal dari dorongan yang
bersifat insting dari id, dan tuntutan-tuntutan dari super ego.
Ada
tiga-tipe kecemasan menurut Freud:
1.
Kecemasan realistic
yaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahaya nyata yang ada di dunia luar atau
lingkungannya.
2.
Kecemasan Neurotik
adalah rasa takut (dorongan id) akan lepas dari kendali dan menyebabkan dia
berbuat sesuatu yang bisa membuatnya dihukum. Kecemasan neurotic berkembang
berdasarkan pengalaman yang diperoleh pada masa kanak-kanak terkait dengan
hukuman dan ancaman dari orangtua maupun orang lain yang mempunyai otoritas,
jika dia melakukan perbuatan yang impulsive.
3.
Kecemasan moral yaitu
rasa takut terhadap suara hati atau superego. Orang yang memiliki superego yang
baik cenderung merasa bersalah atau malu jika mereka berbuat atau berpikir
sesuatu yang bertentangan dengan moral. Sama halnya dengan kecemasan neurotik,
kecemasan moral juga berkembang berdasarkan pengalaman yang diperolehnya pada
masa kanak-kanak, terkait dengan hukuman dan ancaman orang tua/ orang lain yang
mempunyai otoritas jika dia melakukan perbuatan yang melanggar norma.
Jenis-jenis
Gangguan Kecemasan
1.
Fobia : ketakutan yang
berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang, ataupun peristiwa tertentu.
Sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatic yang
pernah dialami individu.
2.
Obsesif kompulsif
Obsesif
adalah pikiran yang berulang dan terus menerus. Sedangkan kompulsif adalah
pelaksanaan dari pikiran tersebut.
3.
Post Traumatik-Stress
Disorder (PTSD/ Gangguan Stres Pasca Trauma)
Merupakan
kecemasan akibat peristiwa traumatic yang biasanya dialami oleh veteran perang
atau orang-orang yang mengalami bencana. Biasanya muncul beberapa tahun setelah
kejadian.
4.
GAD (Generalized
Anxiety Desease/ Gangguan kecemasan menyeluruh)
Kecemasan
dan kekwatiran yang berlebihan dan sulit dikendalikan. Kecemasan mencakup
situasi hidup, cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan financial. Ada keluhan
somatic : merasa panas, jantung berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering
buang air kecil, mulut kering, tenggorokan terasa tersumbat, sesak nafas dan
rasa sakit pada otot leher.
5.
Gangguan Panik
Satu
serangan diikuti ketakutan terjadinya serangan lagi paling sedikit 1
bulan.
STRES
Stres
sebagai suatu keadaan internal yang dapat disebabkan oleh tuntutan fisik tubuh
(penyakit, temperatur tinggi) atau oleh situasi lingkungan dan social yang
dinilai berbahaya, tidak dapat dikendalikan ateu melampaui kemampuan untuk
mengatasinya.
Gejala-gejala
Stres
·
Menjadi mudah
tersinggung dan marah terhadap teman, keluarga dan kolega
·
Bertindak secara
agresif dan defensive
·
Merasa selalu lelah
·
Sukar konsentrasi atau
menjadi lupa
·
Jantung berdebar-debar
·
Otot tegang
·
Sakit kepala
Penyebab-penyebab
Stres
Kejadian
hidup sehari-hari baik gembira dan sedih seperti:
·
Menikah/mempunyai anak
·
Mulai tempat kerja
baru/pindah rumah
·
Kehilangan orang yang
dicintai baik karena meninggal atau cerai
·
Masalah hubungan
pribadi
·
Terlalu ambisius dan
bercita-cita tinggi
FRUSTRASI
Frustrasi
adalah rasa gelisah atau tidak puas terhadap suatu sasaran yang akan dicapai.
Frustrasi yang berlangsung terlalu lama dan tidak dapat diatasi akan
menimbulkan stress. Frustrasi dan stress dapat juga terjadi karena ada tekanan
hidup dan konflik kebutuhan atau konflik tujuan. Ada tiga jenis konflik yaitu:
a. Konflik
mendekat-mendekat (approach-approach) yaitu pada saat yang bersamaan seseorang
memiliki kebutuhan yang sama-sama perlu dipuaskan, sama-sama menyenangkan
tetapi tidak dapat dipuaskan secara bersama.
b. Konflik
menjauh-menjauh (avoidance-avoidance) yaitu pada saat yang bersamaan seseorang
memiliki kebutuhan untuk menghindar yang sama-sama tidak menyenangkan namun
tidak bisa dihindari sekaligus, harus memilih salah satu.
c. Konflik
mendekat-menjauh (approach-avoidance) yaitu pada saat bersamaan ada kebutuhan
untuk dipenuhi sekaligus, ada kebutuhan untuk menghindari sesuatu sebagai
konsekuensi pemenuhan tersebut.
GANGGUAN KEPRIBADIAN
Gangguan
Kepribadian (Personality Disorder) adalah
pola perilaku atau cara berhubungan dengan orang lain yang benar-benar kaku.
Kekakuan tersebut menghalangi mereka untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan
eksternal, sehingga pola tersebut pada akhirnya bersifat self – defeating.
DSM membagi gangguan kepribadian menjadi 3
kelompok:
Kelompok A : Orang
yang dianggap aneh atau eksentrik. Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian
paranoid, schizoid, dan schizotipal.
Kelumpok B : Orang
dengan perilaku terlalu dramatis, emosional, atau eratik (tidak menentu).
Kelompok ini terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang, histrionic,
dan narsistik.
Kelompok C : Orang
yang sering kali tampak cemas atau ketakutan. Kelompok ini mencakup gangguan
kepribadian menghindar, dependen, dan obsesif-kompulsif.
TIPE GANGGUAN
KEPRIBADIAN
Gangguan Kepribadian yang ditandai oleh Perilaku
Aneh atau Eksentrik
|
|
Gangguan
kepribadian Paranoid
|
Kecurigaan yang menetap akan
motif orang lain namun tanpa kehadiran delusi paranoid
|
Gangguan
kepribadian Schizoid
|
Menjaga jarak sosial dan emosi
yang dangkal atau tumpul
|
Gangguan
kepribadian Schizotipal
|
Kesulitan yang terus menerus
dalam membentuk hubungan sosial yang erat dan keyakinan serta perilaku yang
ganjil atau aneh tanpa ciri Psikotik yang jelas
|
Gangguan
Kepribadian yang ditandai oleh Perilaku Dramatis, Emosional, atau Eratik
|
|
Gangguan
Kepribadian Antisosial
|
Perilaku antisosial yang kronis,
perlakuan kejam pada orang lain, tingkah laku tidak bertanggungjawab dan
kurang penyesalan atas kesalahan yang
dibuat.
|
Gangguian Kepribadian Ambang
|
Mood yang kacau dan hubungan yang
berantakan dengan orang lain, self-image
yang tidak stabil dan kurangnya kontrol impuls
|
Gangguan
kepribadian Histrionik
|
Perilaku dramatis dan emosi yang
berlebihan; tuntutan untuk menjadi pusat perhatian, kebutuhan yang berlebihan
untuk terus menerus mendapatkan dukungan, pujian dan persetujuan.
|
Gangguan
kepribadian Narsisistik
|
Sense
of self yang berlebihan (grandiose),
kebutuhan ekstrim untuk pemujaan
|
Gangguan
Kepribadian yang ditandai oleh Perilaku Cemas dan Ketakutan
|
|
Gangguan
kepribadian Menghindar
|
Pola menghindari hubungan sosial
yang kronis karena takut akan penolakan
|
Gangguan
kepribadian Dependen
|
Ketergantungan yang berlebihan
pada orang lain dan kesulitan membuat keputusan mandiri
|
Gangguan
kepribadian Obsesif-Kompulsif
|
Kebutuhan yang berlebihan akan
keteraturan dan kesempurnaan, perhatian yang berlebihan, cara yang kaku dalam
hubungan dengan orang lain
|
PERSPEKTIF
TEORITIS
a. Perspektif
Psikodinamika :
·
Menurut Kohut,
kegagalan untuk merubah narsisisme masa kanak-kanak dengan penilaian yang lebih
realistis tentang self dan orang lain
mendasari perkembangan kepribadian narsisistik.
·
Menurut Kernberg,
kegagalan di awal masa kanak- kanak untuk membangun sense of self yang kohesif mengacu pada perkembangan kepribadian
ambang
·
Menurut Mahler,
kegagalan menguasai tantangan perkembangan dari pemisahan-individualisasi di
awal kehidupan mendasari perkembangan kepribadian ambang.
b. Perspektif
Belajar
·
Ciri perilaku gangguan
kepribadian berhubungan dengan pengalaman belajar di masa kanak-kanak, termasuk
belajar observasional dari perilaku menyimpang atau agresif
·
Kurangnya kesempatan
pada masa kanak-kanak untuk mempelajari
perilaku eksploratif atau mandiri menuntun pada trait kepribadian dependen
·
Displin dan kontrol
orang tua yang berlebihan menuntun pada trait
kepribadian obsesif kompulsif.
·
Perhatian dan reinforcement untuk perilaku yang tidak
mendapatkan perhatian dapat menghasilkan trait
kepribadian histrionic.
·
Kurangnya reinforce yang dapat diramalkan dan
konsisten untuk perilaku yang diterima secara sosial mengacu pada trait kepribadian anti sosial.
c. Perspektif
keluarga
·
Untuk gangguan
kepribadian antisosial, penolakan atau pengabaian orang tua mengacu pada kegagalan
dalam menginternalisasikan nilai-nilai orang tua dan kegagalan untuk
mengembangkan empati.
·
Overproteksi dan
otoritarianisme orangtua menuntun pada trait
kepribadian dependen.
d. Perspektif
Sosiokultural
·
Ketidakberuntungan sosial
atau ekonomi dan pemaparan terhadap model yang menyimpang menuntun pada
kegagalan untuk mengembangkan perilaku yang beradab.
·
Penganiayaan fisik atau
seksual dapat mendasari perkembangan trait
terhadap ambang.
e. Perspektif
Biologis
·
Kemungkinan adanya pengaruh
genetis terhadapa trait kepribadian
yang mendasari gangguan kepribadian
·
Kemungkinan adanya
komponen keturunan pada gangguan kepribadian antisosial
·
Untuk gangguan kepribadian antisosial, mungkin terdapat
kurangnya respon emosional dalam situasi yang mengancam.
·
Untuk gangguan
kepribadian antisosial, mungkin perlu tingkat stimulasi yang lebih tinggi untuk
menjaga tingkat keterangsangan yang optimum
·
Untuk gangguan
kepribadian antisosial, mengurangi aktivitas dalam pusat otak mengendalikan
tingkah laku impulsif.
DISFUNGSI SEKSUAL
Disfungsi
seksual menunjukkan ada gangguan pada salah satu atau lebih aspek fungsi
seksual (Pangkahila, 2006). Bila didefenisikan secara luas, disfungsi seksual
adalah ketidakmampuan untuk menikmati secara penuh hubungan seks.
Ciri-ciri
umum dari disfungsi seksual
|
|
Ciri
|
Deskripsi
|
Takut
akan kegagalan
|
Ketakutan
yang terkait dengan kegagalan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi atau
kegagalan untuk mencapai orgasme
|
Asumsi
peran sebagai penonton dan bukan sebagai pelaku kurangnya Self-esteem
|
Memonitor
dan mengevaluasi reaksi tubuh saat melakukan hubungan seks
|
Kurangnya
self-esteem
|
Kurangi
memikirkan kegagalan yang dihadapi untuk memenuhi standar normal
|
Efek
emosional
|
Rasa
bersalah, rasa malu, frustasi, depresi, dan kecemasan
|
Perilaku
menghindar
|
Menghindari
kontak seksual karena takut gagal, untuk menampilkan performa yang adekuat;
membuat berbagai macam alasan pada pasangan.
|
Jenis-jenis
Disfungsi Seksual
a. Gangguan
Dorongan Seksual (GDS)
Dorongan seksual dipengaruhi oleh
beberapa factor yaitu hormone testosterone, kesehatan tubuh, factor psikis dan
pengalaman seksual sebelumnya. Jika diantara faktor tersebut ada yang
menghambat atau faktor tersebut mengganggu maka akan terjadi GDS.
1)
Dorongan Seksual
Hipoaktif
Berkurangnya
atau hilangnya fantasi seksual dan dorongan secara berulang yang menyebabkan
gangguan yang nyata atau kesulitan interpersonal.
2)
Gangguan Aversi Seksual
Timbul
perasaan takut pada semua bentuk aktivitas seksual sehingga menimbulkan
gangguan.
b. Gangguan
Ereksi (Disfungsi Ereksi)
Ketidakmampuan mencapai atau
mempertahankan ereksi penis yang cukup
untuk melakukan hubungan seksual dengan baik.
c. Gangguan
Ejakulasi
1)
Ejakulasi Dini
Ketidakmampuan
mengontrol ejakulasi sampai pasangannya mencapai orgasme.
2)
Ejakulasi Terhambat
Pria
yang mengalami ejakulasi terhambat justru tidak dapat mengalami ejakulasi di
dalam vagina. Tetapi pada umumnya pria dengan ejakulasi terhambat dapat
mengalami ejakulasi dengan cara lain, misalnya masturbasi dan oral seks, tetapi
sebagian tidak dapat mencapai ejakulasi dengan cara apapun.
d. Disfungsi
Orgasme
Terhambatnya atau tidak tercapainya
orgasme yang bersifat berulang setelah memasuki fase rangsangan selama
melakukan aktivitas seks.
e. Gangguan
Nyeri Seksual ( Dispareunia)
Hubungan seksual yang menyebabkan rasa
sakit pada kelamin atau sekitar kelamin. Salah satu penyebabnya adalah infeksi
pada kelamin.
Penyebab
Disfungsi Seksual
Penyebab
Disfungsi Seksual dapat dibagi menjadi dua kelompok :
a. Faktor
Fisik
Gangguan organik atau fisik dapat terjadi pada organ, bagian-bagian badan
tertentu atau fisik secara umum. Bagian tubuh yang sedang terganggu dapat
menyebabkan disfungsi seksual dalam berbagai tingkat.
Faktor fisik yang sering mengganggu seks
pada usia tua sebagian karena penyakit kronis.
b. Faktor
Psikis
Faktor psikoseksual ialah semua faktor
kejiwaan yang tergangu dalam diri penderita, misalnya depresi dan anxietas yang
menyebabkan disfungsi seksual.
Penyebab lain Disfungsi seksual:
a.
Merokok
b.
Kecanduan alcohol
c.
Kecanduan Narkotika
d.
Konsumsi obat-obatan
e.
Diabetes Melitus
f.
Penyakit Saraf
Jenis
Kelainan Seksual
a. Homoseksual
Seseorang yang menyukai sesame jenisnya.
b. Sodomi
Hubungan seksual yang dilakukan melaui
anus
c. Transeksual
Bentuk perilaku seseorang yang tidak
menginginkan jenis kelaminnya sehingga merelakan untuk dioperasi kelamin untuk
memperoleh kepuasan seksualnya.
d. Transvestite
Seorang laki-laki yang menginginkan
pakaian perempuan. Tujuannya untuk membangkitkan rangsangan seksual guna
memperoleh kepuasan.
e. Voyeurism
atau Scoptophilia
Memperoleh kepuasan seks dengan cara
mengintip.
f. Masokisme
Seksual
Seseorang dengan sengaja membiarkan
dirinya disiksa atau disakiti baik secar fisik maupun psikologis hanya untuk
memperoleh kepuasan seks.
g. Sadisme
Seksual
Penderita akan memperoleh kepuasan jika
melakukan hubungan seks dengan cara menyakiti pasangannya.
h. Sado
Masochist
Sebutan untuk penderita sadisme yang
melakukan hubungan seks dengan masokis
i.
Necrophilia
Merasa puas jika berhubungan dengan
mayat.
j.
Incest
Melakukan hubungan seksual dengan
pasangan yang masih memiliki pertalian darah.
k. Exhibitionis
Mendapat kepuasan seks dengan cara
memperlihatkan alat kelaminnya dengan sengaja.
l.
Fetihisme
Pemujaan yang ditunjukkan pada
benda-benda mati atau bagian tubuh seseorang idolanya, sampai mendapatkan
kepuasan seksual.
m. Zoolognia
Kelainan seksual yang diidap seseorang
yang memperoleh kepuasan seksual ketika melihat binatang sedang berhubungan.
n. Phedophilia
Kelainan seksual yang memperoleh seksual
jika berhubungan seksual dengan anak kecil atau di bawah umur.
o. Hiperseks
Seseorang yang selalu ingin melakukan
hubungan seksual sesering mungkin.
p. Triolisme
Penderita kelainan seksual yang akan
memperoleh kepuasan seksual jika saat melakukan hubungan seksual dengan
pasangannya dilihat oleh orang lain. Triolisme dapat juga diartikan sebagai
hubungan seksual yang dilakukan oleh satu perempuan dengan tiga laki-laki.
q. Bestialitas
Penderita kelainan ini akan memperoleh
kepuasan seksual melalui binatang. Artinya, ia dapat berhubungan seksual dengan
binatang
r.
Hermaphrodite
Orang tersebut terlahir dengan mempunyai
dua jenis kelamin yang pada hakikatnya hanya ada satu yang berfungsi
sebenarnya.
s. Sexsomnia
(kelainan seks saat tidur)
Gangguan tidur yang menyebabkan
seseorang melakukan tindakan seksual saat mereka tidur.
GANGGUAN PSIKOTIK
Hendaya
berat dalam kemampuan daya nilai realita atau gangguan persepsi, pikiran,
menyimpulkan realita dan adanya waham dan halusinasi.
Gangguan
Psikotik dibagi dua yaitu psikotik fungsional dan gangguan psikotik organik.
Jenis Psikosa :
1.
Schizophren
2.
Gangguan Schizotipal
3.
Gangguan waham
4.
Gangguan skizoafektif
5.
Gangguan Psikotik akut
dan sementara
SKIZOFRENIA
·
Emil Kraeplin (1856 –
1926) : Dimentia Praecox merupakan gangguan proses kognisi dengan onset dini.
·
Eugen Bleuler ( 1856 –
1936) : Kriteria diagnostik dari skizophren dibagi dua yaitu symptom primer dan
symptom sekunder. Symptom primer disebut juga dengan 4A yaitu:
1.
Gangguan Pikiran :
Asosiasi Longgar
2.
Gangguan Afektif
3.
Gangguan Autisme
4.
Ambivalensi
Symptom
sekunder ditandai dengan halusinasi dan waham.
Jenis
– Jenis Schizophren :
1. Schizophren
Paranoid
Didominasi waham-waham
Gejala
·
Waham kejaran, waham
hubungan, waham cemburu
·
Halusinasi dengar :
ancaman, halusinasi cium.
2. Schizophren
Hebefrenik
Onset 15 – 25 tahun --- Prognosa buruk
Afek dangkal, tidak wajar, tertawa
sendiri, tingkah laku infantile, regresif, gejala berpikir bizarre dan
inkoherensi.
Yang menonjol:
·
Kepribadian promorbid :
pemalu, penyendiri
·
Prognosis : cenderung
regresif yang progresif
3. Schizophren
Katatonik
Yang menonjol gangguan Psikomotor dari
hiperkinesif, fase gaduh gelisah ---- stupor.
Gejala-gejala sindrom kataton
negativistic, rigiditas, excitement.
Gejala – gejala katatone juga terdapat
pada :
·
Penyakit otak
·
Gangguan metabolic
·
Alcohol, obat-obatan
Prognosa
relative baik kalau onset akut.
4. Schizophren
Residual
Suatu stadium kronis dalam perkembangan
suatu gambaran SR dimana terjadi progresi jelas dari stadium awal sampai
stadium lanjut, dengan gejala khas :
·
Gejala negative SR
menonjol
·
Riwayat satu episode SR
jelas
·
Sudah melampaui kurun
waktu 1 tahun dimana intensitas halusinasi dan waham minimal sekali dan telah
timbul sindrom negative
·
Dimensia – GMO
GANGGUAN
SKIZOTIPAL
Kriteria
diagnostic :
Ø Perilaku
eksentrik
Ø Dingin,
tidak bersahabat
Ø Afek
tidak wajar
Ø Hubungan
social buruk, menarik diri
Ø Pikiran
magis
Ø Curiga,
ide paranoid
CARA
PENANGGULANGAN
1.
Hospitalisasi : bila
tingkah laku sangat merusak dan mau bunuh diri
2.
Terapi Somatik
·
Anti Psikotik
(neuroleptik -- major traquilizer)
misalnya :
-
Khlorpromazine
-
Haloperidol
·
ECT
3.
Terapi Psikososial atau terapi perilaku
-
Taken economis = jika
nurut dapat upah
-
Meningkatkan
keterampilan sosial.
4.
Terapi tambahan
-
Terapi kerja (okupasi)
-
Terapi rekreasi
GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT
JENIS-JENIS NAPZA
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
1. Narkotika
Zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun
semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa sakit, menghilangkan rasa nyeri, menimbulkan ketergantungan.
Narkotika
dapat digolongkan sebagai berikut :
Golongan
I :
Hanya
dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak ditujukan untuk terapi,
mempunyai potensi yang tinggi menimbulkan ketergantungan.
Contohnya
: heroin, putau, kokain, ganja
Golongan
II :
Narkotika
yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan sebagai terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan ( contoh : morfin,
petidin)
Golongan
III :
Narkotika
yang berkhasiat pengobatan dan dapat banyak digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan menyebabkan
ketergantungan (contoh : kodein)
2. Psikotropika
Zat
atau obat baik alami maupun sintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika
dapat digolongkan sebagai berikut :
Golongan
I :
Psikotropika
yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan. (contoh : ekstasi, shabu, LSD).
Golongan
II :
Psikotropika
yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan .
(Contoh : amfetamin, metilfenidat atau Ritalin).
Golongan
III :
Psikotropika
yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : fenobarbital, flunitrazepam).
Golongan
IV :
Psikotropika
yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi atau tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom
ketergantungan (Contoh : Diazepam,
Bromazepam, Rohipnol, Mogadon, Pil koplo).
3. Zat
adiktif lain
Yang
dimaksud disini adalah bahan /zat yang berpengaruh psikoaktif
Contohnya
:
1) Minuman
beralkohol
Ada
3 golongan minuman beralkohol:
·
Golongan A : kadar
etanol 1 – 5 % (Bir)
·
Golongan B : kadar
etanol 5 – 20 % (berbagai jenis minuman anggur)
·
Golongan C : kadar
etanol 20 – 45 % ( whiskey, vodka, TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput)
2) Inhalansia (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa
organik
Contohnya : lem, penghapus cat
kuku, bensin
3) Tembakau
Kadar nikotin tembakau yang bisa
diserap tubuh perbatangnya 1 – 3 mg.
4) Kafein
Zat stimulansia, dapat menimbulkan
ketergantungan jika dikonsumsi melebihi 100 mg/ hari atau lebih dari 2 cangkir
kopi.
PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NAPZA
Penyalahgunaan dan ketergantungan
NAPZA akibat interaksi tiga faktor :
1.
Faktor NAPZA itu
sendiri
2.
Faktor individu
3.
Faktor lingkungan
Ad
1. Faktor NAPZA
Semua
jenis NAPZA bekerja pada bagian otak yang menjadi pusat penghayatan kenikmatan,
termasuk stimulasi seksual.
Ad
2. Faktor individu
Kebanyakan
penyalahgunaan zat dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab remaja yang
sedang mengalami perubahan biologis, psikologis, maupun social yang pesat
merupakan individu yang erntan menyalahgunakan NAPZA.
Ad
3. Faktor lingkungan
Faktor
lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan, baik pergaulan di
sekitar rumah, sekolah maupun di tempat-tempat umum.
DAMPAK PENYALAHGUNAAN
ZAT
Dampak
penyalahgunaan NAPZA sangat luas, tidak saja terhadap kesehatan fisik dan
mental penyalahguna NAPZA, akan tetapi juga berdampak pada ketenangan kehidupan
dalam keluarga, meresahkan masyarakat dan terjadinya pelanggaran hukum.
Komplikasi
Medik
Komplikasi
medik akibat penyalahgunaan NAPZA sangat bervariasi tergantung dari jenis NAPZA
yang dipakai, jumlah, cara memakai, lama memakai dan zat pencampur yang
digunakan.
Beberapa
komplikasi medik yang sering dijumpai antara lain:
ü Penyalahgunaan
Heroin/Putauw melalui suntikan dapat menyebabkan tertular Hepatitis B atau C,
infeksi HIV/ AIDS, Endokarditis (infeksi jantung), infeksi darah (septisemia).
Sedangkan perempuan yang
menyalahgunakan putauw sampai saat melahirkan, maka beberapa saat setelah
dilahirkan, bayi akan mengalami gejala putus heroin.
ü Penyalahgunaan
psikostimulansia (ekstasi, shabu, kokain) dapat menyebabkan hipertensi,
gangguan pada jantung, pendarahan otak, Gangguan jiwa berat seperti Psikosis
dan Depresi serta penyakit Parkinson
ü Penyalahgunaan
Alkohol dapat menyebabkan sakit lambung, pendarahan lambung, sirosis Hepatits
(pengerutan hati), Kanker hati, Radang kelenjar getah perut (pancreatitis),
Radang saraf tepi (Polineuritis), Kepikunan (Demensia alkoholika).
KELOMPOK
RISIKO TINGGI
Kelompok
risiko tinggi penyalahgunaan NAPZA :
1. ANAK
·
Mudah kecewa
·
Agresif dan destruktif
·
Sering berbohong, mencuri
atau melawan tat tertib
·
Sudah merokok sejak SD
·
Mempunyai IQ taraf
perbatasan
2. REMAJA
·
Mempunyai rasa rendah
diri, kurang percaya diri, dan mempunyai citra diri yang negative
·
Cenderung pemberontak
·
Berteman dengan
penyalahguna NAPZA
·
Mempunyai hambatan atau
penyimpangan dalam perkembangan psikoseksual (pemalu, sulit bergaul, sering
masturbasi, sering menyendiri, kurang bergaul dengan lawan jenis)
3. KELUARGA
·
Kurang komunikatif
dengan anak
·
Terlalu mengatur anak
·
Kurang memberikan
perhatian pada anak karena terlalu sibuk
·
Kurang harmonis, sering
bertengkar, orangtua berselingkuh atau ayah menikah lagi.
Tanda – tanda pemakaian (perilaku)
-
Prestasi kerja, prestasi akademik turun
-
Displin pribadi kurang
-
Sosialisasi menurun
-
Mencuri, menipu, tidak
jujur, kerapihan diri
-
Tanggung jawab kurang
-
Menyendiri di tempat
tertentu