Wednesday 25 June 2014

Psikologi Abnormal



PSIKOLOGI  ABNORMAL

Tujuan Mata Kuliah :
-          Memahami tingkah laku abnormal
-          Memahami penyebab tingkah laku abnormal
-         Mampu melakukan treatment psikologis yang tepat pada penderita yang mengalami gangguan perilaku.

DEFENISI UMUM
Sehat adalah suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara penuh dan bukan semata-mata berupa absennya penyakit atau keadaan lemah tertentu (World Health Organization)

Ciri-ciri pribadi Sehat dan Normal
Aspek penyesuaian diri
Ciri Perilaku
Sikap terhadap diri sendiri
Menunjukkan penerimaan diri, memiliki jati diri yang memadai (positif), memiliki penilaian realistis terhadap berbagai kelebihan dan kekurangan.
Persepsi terhadap realitas
Memiliki pandangan yang realistis terhadap diri dan terhadap dunia, orang maupun benda disekelilingnya.
Integrasi
Berkepribadian utuh, bebas dari konflik-konflik batin yang melumpuhkan, memiliki toleransi yang baik terhadap stress.
Kompetensi
Memiliki kompetensi-kompetensi fisik, intelektual, emosional, dan social yang memadai untuk mengatasi berbagai problem hidup.
Otonomi
Memiliki kemandirian, tanggung jawab dan penentuan diri (self-determination; self-direction) yang memadai disertai kemampuan cukup untuk membebaskan diri dari aneka pengaruh social
Pertumbuhan aktualisasi diri
Menunjukkan kecenderungan kearah semakin matang, semakin berkembang kemampuan-kemampuannya dan mencapai pemenuhan diri sebagai pribadi.

BEBERAPA KRITERIA ABNORMAL
a.       Menyimpang dari norma-norma statistic
Menurut patokan ini yang disebut abnormal adalah setiap hal yang luar biasa, tidak lazim, atau secara harafiah yang menyimpang dari norma
b.      Menyimpang dari norma-norma social
Menurut kriteria ini, abnormal diartikan sebagai non konformitas, yaitu sifat tidak patuh atau tidak sejalan dengan norma sosial
c.       Ketidakmatangan
Disini seseorang disebut abnormal bila perilakunya tidak sesuai dengan tingkat usianya, tidak selaras dengan situasi dan  masalahnya.

SEBAB  - SEBAB PERILAKU ABNORMAL
A.       MENURUT  TAHAP  BERFUNGSINYA
Menurut tahap-tahap berfungsinya, sebab-sebab perilaku abnormal dapat dibedakan sebagai berikut:
1.         Penyebab Primer (Primary Cause)
Kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul. Misalnya, infeksi sipilis yang menyerang system syaraf pada kasus ‘paresis general’
2.         Penyebab yang Menyiapkan (Presdisposing Cause)    
Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan tertentu dalam kondisi-kondisi tertentu di masa mendatang. Misalnya, anak yang ditolak oleh orangtuanya (‘rejected child’) mungkin menjadi lebih rentan terhadap tekanan hidup setelah dewasa
3.         Penyebab Pencetus (Precipitating Cause)
Kondisi yang tak tertahankan bagi individu dan mencetuskan gangguan. Misalnya, seorang wanita muda yang menjadi terganggu setelah mengalami kekecewaan berat ditinggalkan tunangannya.
4.         Penyebab yang Menguatkan (Reinforcing Cause)
Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tingkah laku maladaptive yang sudah terjadi. Misalnya, perhatian yang berlebihan pada seorang gadis yang sedang sakit justru dapat menyebabkan yang bersangkutan kurang bertanggung jawab atas dirinya, dan menunda kesembuhannya.


B.     MENURUT SUMBER ASALNYA
1.            Faktor   Biologis
Berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat perkembangan maupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari-hari seperti kelainan gen, kurang gizi, penyakit dan sebagainya.
a.       Cacat Genetik
Keadaan ini biasanya berupa abnormalitas atau kelainan kromosom.  Contoh: sindrom Down
b.      Kelemahan Konstitusional
Konstitusional adalah struktur (makeup) biologis individu yang relative menetap akibat pengaruh-pengaruh genetic atau lingkungan sangat awal termasuk lingkungan pranatal. Konstitusi mencakup beberapa aspek:
1)      Fisik atau bangun tubuh
Sheldon (1954, dalam Hall dan Lindzey, 1993) mengaitkan bangun tubuh dengan sifat kepribadian dan psikopatologi. Ada tiga macam bangun tubuh: endomorfik, mesomorfik, dan ektomorfik.
2)      Cacat fisik
Pengaruh dari suatu cacat bergantung pada cara individu yang bersangkutan      menerima/ memandang dan menyesuaikan diri dengan keadaannya tersebut.
2.         Deprivasi fisik
Malnutrisi atau kekurangan gizi dimasa bayi dapat menghambat pertumbuhan fisik, melemahkan daya tahan terhadap penyakit.

3.         Faktor-faktor Psikososial
a.       Trauma di masa kanak-kanak
Trauma (psikologis) adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa mampu dan harga diri, sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya dan akan dibawa terus ke masa dewasa.
b.      Deprivasi Parental
Tidak ada kesempatan untuk mendapat rangsangan emosi dari orang tua, berupa kehangatan, kontak fisik, rangsangan intelektual, emosional dan social. Misalnya, dipisahkan dari orang tua dan dititipkan ke panti asuhan.



c.       Hubungan Orang tua –Anak yang Patogenik
Dalam hal ini antara orangtua dan anak, yang berakibatkan menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak. Ada tujuh macam pola hubungan orangtua-anak yang bersifat Patogenik:
1)            Penolakan
2)            Overproteksi dan sikap serba mengekang
3)            Menuntut secara tidak realistic
4)            Bersikap terlalu lunak pada anak (over-permissive) dan memanjakan
5)            Disiplin yang salah
6)            Komunikasi yang kurang atau komunikasi yang irsional
7)            Teladan buruk dari pihak orangtua
4.         Faktor-faktor sosial kultural
Faktor-faktor social kultural meliputi keadaan objektif dalam masyarakat atau tuntutan dari masyarakat yang dapat berakibatkan menimbulkan tekanan pada individu dan selanjutnya melahirkan berbagai bentuk gangguan, seperti:
a.    Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi kekerasan
b.   Terpaksa menjalankan peran sosial yang berpotensi menimbulkan gangguan, seperti menjadi tentara dalam peperangan harus membunuh musuh.
c.    Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan tertentu seperti suku, agama, ras, afiliasi politik, dan sebagainya.
d.   Resesi ekonomi dan kehilangan pekerjaan
e.    Perubahan sosial dan iptek yang sangat cepat melampaui kemampuan wajar orang untuk menyesuaikan diri.

SEJARAH PSIKOPATOLOGI
Demonology Awal
 Doktrin bahwa wujud yang jahat seperti setan, mungkin merasuki seseorang dan mengendalikan pikiran dan tubuhnya disebut demonologi.  

Somatogenesis
Pada abad kelima SM, Hipocrates (460?-377? SM) mengklasifikasikan gangguan mental ke dalam tiga kategori: Mania, Melankonlia dan prenitis atau demam otak. Beliau berpendapat bahwa tingkah laku abnormal disebabkan karena tidak adanya keseimbangan cairan di dalam tubuh (darah, cairan empedu hitam, empedu kuning dan lender). Jika seseorang lambat dan tumpul kemungkinan tubuh mengandung cairan lendir yang banyak. Cairan empedu hitam yang dominan adalah penyebab melankoli. Empedu kuning mudah tersinggung dan kecemasan; dan terlalu banyak darah menyebabkan berubah-ubah temperamen.

Zaman Pertengahan  (Abad ke-15 hingga abad ke-17)
Tingkah laku                                         ilmu sihir                                     tes terapung di air

Rumah Sakit Jiwa
Pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke -16, rumah sakit jiwa merupakan tempat penampungan orang yang mengalami gangguan jiwa.

Perspektif Tentang Perilaku Abnormal
Perspektif Biologis     
                                                                                                        OTAK
                                                                     PUSAT
SISTEM SARAF                                                                         TULANG BELAKANG 
                                                                                          SOMATIK
                                                         TEPI                              
                                                                                       OTONOMIK (SSO)
1.            Parasimpatis
2.            Simpatis


Sistem saraf terdiri dari sel saraf dan neuron yang berkomunikasi satu dengan yang lainnya melalui pembawa pesan kimiawi atau neurotransmitter.
Asetilkolin              Mengendalikan kontraksi otot dan pembentukan ingatan           Alzheimer

Dopamine             Mengatur kontraksi otot, belajar, ingatan dan emosi           Skizofrenia
Norepinefrin              Mengatur belajar dan ingatan            Gangguan mood

Serotonin             pengatur kondisi mood, kepuasan dan tidur            depresi dan gangguan makan

Perspektif Psikologis
Model – model Psikodinamika (Sigmund Freud)
Perilaku abnormal disebabkan karena konflik psikologis di luar alam sadar yang dapat dilacak pada masa kecil.

Model Belajar
Penyebab gangguan perilaku adalah proses belajar yang salah. Bentuk kesalahan belajar ada dua yaitu pertama, gagal mempelajari bentuk-bentuk perilaku adaptif yang diperlukan dalam hidup atau tidak ada kesempatan belajar. Kedua, mempelajari tingkah laku yang maladaptif.

Model Humanistik
Penyebab gangguan perilaku adalah dikarenakan adanya hambatan-hambatan yang dihadapi orang ketika mereka berjuang untuk memperoleh self-actualization

Perspektif Sosial Kultural
Sumber penyebab utama perilaku abnormal adalah keadaan objektif dari masyarakat yang bersifat merugikan seperti kemiskinan, diskriminasi, prasangka ras serta kekejaman dan kekerasan.

Model Diatesis Stres
Gangguan muncul dari kombinasi atau interaksi dari satu diathesis dengan stres

Diatesis                                             Stres                                          Perkembangan Gangguan
Suatu Predisposisi                         Stresor Lingkungan                      semakin kuat Diatesis,
atau kerentanan                                                                                  semakin sedikit Stres yang                                                                                                           dibutuhkan untuk                       menghasilkan gangguan
Trauma Pranatal Kekerasan Seksual atau fisik pada masa kanak-kanak      Konflik Keluarga Perubahan-perubahan kehidupan yang signifikan

 
Gangguan Psikologis
Predisposisi yang diwariskan untuk pengembangan gangguan
                                                                           


DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Berguna untuk mempermudah evaluasi yang komprehensif dan sistematis dengan memperhatikan berbagai gangguan mental, kondisi medis umum, problem psikologis dan lingkungan serta tingkat fungsi yang memungkinkan untuk diabaikan jika pemeriksaan berfokus pada permasalahan tunggal yang muncul saat itu.

Lima Dimensi Klasifikasi
Aksis I. Semua kategori diagnostik kecuali gangguan kepribadian dan retardasi mental
Aksis II. Gangguan kepribadian dan retardasi mental
Aksis III. Kondisi medis umum
Aksis IV. Problem Psikososial dan lingkungan
Aksis V. Penilaian fungsi secara global

AUTISMA
Autism merupakan gangguan perkembangan pervasive yang ditandai oleh adanya kelainan yang muncul sebelum usia 3 tahun, dan dengan ciri kelainan fungsi dalam tiga bidang: interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas dan berulang.

Assesmen:
Langkah-langkah:
1.      Wawancara awal untuk mengetahui data biografi
2.      Observasi
3.      Penggunaan instrument atau pedoman observasi misalnya CHAT dan CARS

Kriteria dan Diagnosa
a.       Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, yang termanifestasi pada paling tidak dua dari gejala berikut :
i.     Kontak mata, ekspresi wajah, sikap tubuh, dan gerak-gerik tubuh untuk menjalankan interaksi social
ii.   Kegagalan dalam membangun hubungan pertemanan
iii. Kurangnya spontanitas dalam berbagai kesenangan
iv. Kurangnya hubungan social dan emosional yang timbal balik
b.      Gangguan kualitatif dalam komunikasi, yang termanifestasi pada paling tidak satu dari gejala berikut :
i.                    Keterlambatan atau sama sekali tidak berkembangnya kemampuan bicara
ii.                  Penggunaan bahasa yang stereotipe dan berulang, atau bahasa yang aneh
c.       Adanya pola yang dipertahankan dan streotip dalam perilaku, minat dan aktivitas
i.                    Keterikatan pada ritual atau rutinitas spesifik yang tidak berguna
ii.                  Adanya gerakan-gerakan tang stereotip dan berulang
iii.                Perhatian yang secara terus menerus pada bagian tertentu dari benda.
Dinamika Psikologis
a.       Gambaran kognitif
b.      Gambaran social emosi
c.       Gambaran kemampuan motorik
d.      Kondisi keluarga dan pola asuh

Intervensi
   Membuat rancangan intervensi psikologis sesuai dengan hasil assesmen


GPP/H
GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN/ATAU HIPERAKTIFITAS
Merupakan sindrom neurobehavioral yang ditandai dengan adanya kekurangmampuan dalam pemusatan perhatian, impulsivitas dan hiperaktifitas yang secara nyata mengganggu kehidupan penderita, sebelum umur 7 tahun. Terjadi dalam dua fungsi yaitu, fungsi social dan akademik.

Assesmen
1.      Alloanamnesa: dilakukan dengan wawancara dengan orangtua atau keluarga
2.      Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan informasi mengenai:
·         Kognitif
·         Emosi
·         Social
·         Psikomotor
3.      Tes Psikologi untuk mengungkap aspek psikologi, yaitu:
·         Kognitif
·         Emosi
·         Sosial
·         Psikomotor

Kriteria Diagnosis
1.      Gangguan Pemusatan Perhatian
-          Sering gagal member perhatian pada detail atau kurang teliti dalam bekerja
-          Mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian dalam suatu tugas atau permainan
-          Sering seakan tidak mendengar ketika diajak bicara
-          Mudah terganggu dengan adanya stimulus dari luar atau mudah beralih perhatian
-          Sering lupa pada kegiatan rutin
2.      Impulsifitas
·         Menjawab sebelum pertanyaan selesai
·         Tidak bisa menunggu giliran, baik dalam bermain maupun berbicara
·         Menginterupsi orang lain
3.      Hiperaktifitas
·         Kaki dan tangan tidak bisa diam atau banyak bergerak di tempat duduk
·         Berdiri atau berjalan di dalam kelas pada situasi yang dituntut untuk duduk
·         Berlari-lari atau memanjat tanpa mempedulikan lingkungan
·         Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang dan santai


SIMPTOMATOLOGI

I.                   GANGGUAN PROSES PIKIR
Pikiran adalah suatu fungsi yang tersusun dari kerjasama satu ide dengan ide lainnya melalui membayangkan, menangkap, menarik kesimpulan, dan proses-proses lainnya disertai pembentukan ide baru.

Pikiran yang normal terdiri dari arus ide-ide yang terarah pada suatu tujuan akhir yang realistis.

GANGGUAN PROSES PIKIR:
1.      Gangguan arus/ jalan pikiran
2.      Gangguan pikiran yang dikuasai
3.      Gangguan isi pikiran
4.      Gangguan bentuk pikiran

Ad.1 Gangguan arus/ jalan pikiran
1.      Flight of ideas
Pikiran yang mengalir dengan sangat cepat sehingga satu kalimat dengan kalimat berikutnya tidak ada hubungannya.  Dijumpai penderita manic dan schizophrenia
2.      Inkoherentia
Pikiran yang sangat-sangat cepat sehingga satu kata dengan satu kata lainnya tidak ada hubungannya. Dijumpai pada keracunan, delirium, skizophrenia.
3.      Inhibisi/ retardasi pikiran
Pikiran yang melambat disertai dengan ide-ide yang berkurang  sehingga sulit mengambil keputusan, konsentrasi dan perhatian berkurang.
Dijumpai pada depresi dan schizopren
4.      Sirkumtansialiti
Pikiran yang dihasilkan secara lambat, berbelit belit dan mendetail namun sampai juga pada tujuan yang dimaksud. Dijumpai pada kepribadian yang epileptic, schizophrenia
5.      Perseverasi
Arus pikiran yang berulang dan menetap dimana seharusnya pikiran tersebut telah berhenti secara relevan. Dijumpai pada gangguan mental organik dan schizophrenia
6.      Bloking
Penghentian yang tiba-tiba dari jalan pikiran. Dijumpai pada schizophrenia, anxietas
7.      Stereotype
Pengulangan yang konstan dari pembicaraan atau aktivitas yang tak jelas tujuannya. Dijumpai pada schizophrenia

.
Ad. 2  Gangguan pikiran yang dikuasai
1.      Obsesi
Isi alam kesadaran yang menetap dan mendominasi pikirannya tanpa sesuatu  sebab. Dijumpai pada schizophrenia, depresi dan GMO
2.      Thought insertion
Penderita mengatakan pikiran lain/asing memasuki pikirannya yang dating dari dunia luar. Khas untuk schizophrenia
3.      Thought deprivation/ withdrawal
Pikirannya tiba-tiba telah ditarik keluar oleh pengaruh asing. Khas untuk schizophrenia
4.      Thought broadcastdiri.
Penderita mengatakan begitu dia sedang berpikir, orang lain juga berpikir yang sama dengan pikirannya tersebut. Khas untuk schizophrenia






Ad. 3 Gangguan Isi Pikiran
1.      Waham
Anggapan yang salah yang tidak tergoyahkan lagi oleh seseorang di luar jangkauan social cultural dari masyarakat dimana individu tersebut tinggal. Dijumpai pada gangguan kepribadian dan schizophrenia
2.      Hipokondria
Individu yang terlalu mengkonsentrasikan dirinya secara abnormal pada badannya sendiri. Dijumpai pada depresi, schizophrenia
3.      Fobia / phobia
Satu perasaan takut yang pathologis dan berlebihan terhadap satu objek/situasi yang spesifik.

Ad 4.  Gangguan Bentuk Pikiran
1.      Dereism/Dereistic thinking
      Pikiran yang tidak ada hubungannya dengan realita. Dijumpai semua psikosa
2.      Autisme                   
      Berpikir hanya di dunia sendiri, tanpa melihat hubungannya dengan relaita yang ada.
3.      Neologisme
      Menciptakan kata-kata baru yang menurut individu tersebut ada artinya. Dijumpai pada schizophrenia.

II.                GANGGUAN PERSEPSI
Persepsi adalah suatu proses mengamati, mengetahui dan mengartikan segala sesuatu serta hubungannya setelah panca indera mendapat rangsang.
1.      Halusinasi
Penginderaan tanpa ada rangsang apapun pada panca indera
2.      Ilusi
Adanya rangsangan pada panca indera yang disalahtafsirkan. Biasanya dijumpai bila ada keadaan emosi yang dilandasi ketakutan yang memuncak, mengandung harapan yang besar.
3.      Makropsia
Objek kelihatan lebih besar.
4.      Mikropsia
Objek kelihatan lebih kecil. Biasanya dijumpai pada tumor lobus temporalis, epilepsy, kadang-kadang skizophrenia dan hysteria.


III.             GANGGUAN PSIKOMOTOR
Psikomotor adalah perbuatan dan pergerakan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa dan yang dapat dilihat.
1.      Ekholali
Mengulang-ulang perkataan orang lain.
2.      Ekhopraksia
Langsung menirukan pergerakan orang lain.
3.      Stereotipe
Pergerakan berulang-ulang yang tidak bertujuan
4.      Command automatisme
Mengikuti perintah secara otomatis tanpa dipikirkan lebih dahulu.
5.      Katapleksi
Tonus otot yang menghilang secara mendadak tanpa diikuti dengan kesadaran yang menurun.
6.      Fleksibilitas serea
            Mempertahankan posisi tubuh yang dibuat orang lain padanya.
7.      Katalepsi
Mempertahankan posisi badan tertentu yang tak dapat diubah oleh orang lain.
8.      Grimas
Mimik yang aneh dan berulang
9.      Mimikri
Gerakan sederhana menirukan gerakan anak-anak.
10.  Hipoaktif
Menurunnya aktivitas
11.  Hiperaktifitas
·         Hiperkinesis : tak senang diam, agresif, destruktif
·         Somnabolisme/Sleep Walking : aktivitas motorik sewaktu tidur
·         Kompulsi : impuls yang tak dapat dikontrol yang mengakibatkan perbuatan berulang kali

IV.             GANGGUAN AFEK DAN EMOSI
Afek adalah suatu alam perasaan yang berlangsung lama; emosi yang berlangsung singkat.
1.      Anxietas
Perasaan yang sangat tidak menyenangkan yang disebabkan oleh adanya kecemasan dimana objek yang dicemaskan tidak jelas.

2.      Depresi
Perasaan sedih yang patologis
3.      Hipertimia
Perasaan gembira di luar batas tanpa sebab-sebab yang objektif yang bias berupa:
·         Euphoria : rasa gembira yang abnormal
·         Eksaltasi : keyakinan diri yang berlebihan yang bersifat kebesaran tentang dirinya
·         Ekstasi : kenikmatan yang sangat mendalam disertai rasa sangat puas.
4.      Poikilotimia
Perasaan yang berubah-ubah dari suatu keadaan ekstrim lucu kepada keadaan ekstrim lain berupa cemas atau depresi
5.      Tak wajar/tak serasi
Alam perasaan yang tidak sesuai dengan isi pembicaraan/inappropriate
6.      Dangkal
Alam perasaan yang datar/tumpul.


KECEMASAN
Kecemasan merupakan respon actual dan antisipatif terhadap suatu masalah yang terkait dengan lingkungan atau dalam diri yang bersangkutan. Penghayatan perasaan cemas ditandai oleh rasa tidak nyaman, gelisah, resah yang merupakan eksitasi oleh stimulasi internal dan eksternal yang pada umumnya disertai oleh gangguan fungsi psikofisiologis, dalam bentuk berbagai keluhan psikofisik. Pada kondisi cemas yang intensif, kecemasan semakin tinggi oleh perasaan terancam berkepanjangan juga disertai dengan adanya keluhan psikofisik.

Assesmen Psikologi Klinis
1.      Wawancara klinis (Clinical Interview)
2.      Observasi klinis (Clinical Observation)
3.      Pemeriksaan Psikologi Klinis (Clinical Psychology Assessment)
Tes WB, tes proyeksi, inventory

Kriteria Diagnosis
1.      Kecemasan yang berlangsung selama 6 bulan, terjadi pada berbagai setting kehidupan.
2.      Individu kesulitan untuk mengendalikan kecemasan
3.      Kecemasan ditandai dengan tiga symptom dari 6 simptom:
a.       Gangguan tidur
b.      Mudah merasa kelelahan
c.       Sulit konsentrasi
d.      Mudah marah
e.       Ketegangan otot
f.       Perasaan tidak berdaya
4.      Gangguan fobia adalah ketakutan yang irrasional terhadap suatu objek. Misalnya, agoraphobia, fobia social, fobia khas dan fobia lain.
5.      Gangguan kecemasan lainnya adalah kecemasan yang tidak terbatas pada situasi lingkungan tertentu saja, terdiri dari gangguan panic, gangguan cemas menyeluruh, gangguan gabungan dari kondisi kecemasan dan depresi.
6.      Kecemasan yang diikuti oleh symptom fisik disebabkan oleh masalah gangguan keseimbangan emosionil atau gangguan pada fungsi social, okupasional, dan area penting yang lain.

Sebab-Sebab dan Sumber Kecemasan
Freud mengemukakan bahwa lemahnya ego akan menyebabkan ancaman yang memicu munculnya kecemasan, sumber ancaman terhadap ego tersebut berasal dari dorongan yang bersifat insting dari id, dan tuntutan-tuntutan dari super ego.
Ada tiga-tipe kecemasan menurut Freud:
1.      Kecemasan realistic yaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahaya nyata yang ada di dunia luar atau lingkungannya.
2.      Kecemasan Neurotik adalah rasa takut (dorongan id) akan lepas dari kendali dan menyebabkan dia berbuat sesuatu yang bisa membuatnya dihukum. Kecemasan neurotic berkembang berdasarkan pengalaman yang diperoleh pada masa kanak-kanak terkait dengan hukuman dan ancaman dari orangtua maupun orang lain yang mempunyai otoritas, jika dia melakukan perbuatan yang impulsive.
3.      Kecemasan moral yaitu rasa takut terhadap suara hati atau superego. Orang yang memiliki superego yang baik cenderung merasa bersalah atau malu jika mereka berbuat atau berpikir sesuatu yang bertentangan dengan moral. Sama halnya dengan kecemasan neurotik, kecemasan moral juga berkembang berdasarkan pengalaman yang diperolehnya pada masa kanak-kanak, terkait dengan hukuman dan ancaman orang tua/ orang lain yang mempunyai otoritas jika dia melakukan perbuatan yang melanggar norma.


Jenis-jenis Gangguan Kecemasan
1.      Fobia : ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang, ataupun peristiwa tertentu. Sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatic yang pernah dialami individu.
2.      Obsesif kompulsif
Obsesif adalah pikiran yang berulang dan terus menerus. Sedangkan kompulsif adalah pelaksanaan dari pikiran tersebut.
3.      Post Traumatik-Stress Disorder (PTSD/ Gangguan Stres Pasca Trauma)
Merupakan kecemasan akibat peristiwa traumatic yang biasanya dialami oleh veteran perang atau orang-orang yang mengalami bencana. Biasanya muncul beberapa tahun setelah kejadian.
4.      GAD (Generalized Anxiety Desease/ Gangguan kecemasan menyeluruh)
Kecemasan dan kekwatiran yang berlebihan dan sulit dikendalikan. Kecemasan mencakup situasi hidup, cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan financial. Ada keluhan somatic : merasa panas, jantung berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering buang air kecil, mulut kering, tenggorokan terasa tersumbat, sesak nafas dan rasa sakit pada otot leher.
5.      Gangguan Panik
Satu serangan diikuti ketakutan terjadinya serangan lagi paling sedikit 1 bulan. 


STRES
Stres sebagai suatu keadaan internal yang dapat disebabkan oleh tuntutan fisik tubuh (penyakit, temperatur tinggi) atau oleh situasi lingkungan dan social yang dinilai berbahaya, tidak dapat dikendalikan ateu melampaui kemampuan untuk mengatasinya.
Gejala-gejala Stres
·         Menjadi mudah tersinggung dan marah terhadap teman, keluarga dan kolega
·         Bertindak secara agresif dan defensive
·         Merasa selalu lelah
·         Sukar konsentrasi atau menjadi lupa
·         Jantung berdebar-debar
·         Otot tegang
·         Sakit kepala


Penyebab-penyebab Stres
Kejadian hidup sehari-hari baik gembira dan sedih seperti:
·         Menikah/mempunyai anak
·         Mulai tempat kerja baru/pindah rumah
·         Kehilangan orang yang dicintai baik karena meninggal atau cerai
·         Masalah hubungan pribadi
·         Terlalu ambisius dan bercita-cita tinggi

FRUSTRASI
Frustrasi adalah rasa gelisah atau tidak puas terhadap suatu sasaran yang akan dicapai. Frustrasi yang berlangsung terlalu lama dan tidak dapat diatasi akan menimbulkan stress. Frustrasi dan stress dapat juga terjadi karena ada tekanan hidup dan konflik kebutuhan atau konflik tujuan. Ada tiga jenis konflik yaitu:
a.       Konflik mendekat-mendekat (approach-approach) yaitu pada saat yang bersamaan seseorang memiliki kebutuhan yang sama-sama perlu dipuaskan, sama-sama menyenangkan tetapi tidak dapat dipuaskan secara bersama.
b.      Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance) yaitu pada saat yang bersamaan seseorang memiliki kebutuhan untuk menghindar yang sama-sama tidak menyenangkan namun tidak bisa dihindari sekaligus, harus memilih salah satu.
c.       Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance) yaitu pada saat bersamaan ada kebutuhan untuk dipenuhi sekaligus, ada kebutuhan untuk menghindari sesuatu sebagai konsekuensi pemenuhan tersebut.

GANGGUAN KEPRIBADIAN
Gangguan Kepribadian (Personality Disorder) adalah pola perilaku atau cara berhubungan dengan orang lain yang benar-benar kaku. Kekakuan tersebut menghalangi mereka untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan eksternal, sehingga pola tersebut pada akhirnya bersifat self – defeating.
DSM  membagi gangguan kepribadian menjadi 3 kelompok:
Kelompok A : Orang yang dianggap aneh atau eksentrik. Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian paranoid, schizoid, dan schizotipal.
Kelumpok B : Orang dengan perilaku terlalu dramatis, emosional, atau eratik (tidak menentu). Kelompok ini terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang, histrionic, dan narsistik.
Kelompok C : Orang yang sering kali tampak cemas atau ketakutan. Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian menghindar, dependen, dan obsesif-kompulsif.

TIPE GANGGUAN KEPRIBADIAN
Gangguan  Kepribadian yang ditandai oleh Perilaku Aneh atau Eksentrik
Gangguan kepribadian Paranoid
Kecurigaan yang menetap akan motif orang lain namun tanpa kehadiran delusi paranoid
Gangguan kepribadian Schizoid
Menjaga jarak sosial dan emosi yang dangkal atau tumpul
Gangguan kepribadian Schizotipal
Kesulitan yang terus menerus dalam membentuk hubungan sosial yang erat dan keyakinan serta perilaku yang ganjil atau aneh tanpa ciri Psikotik yang jelas
Gangguan Kepribadian yang ditandai oleh Perilaku Dramatis, Emosional, atau Eratik
Gangguan Kepribadian Antisosial
Perilaku antisosial yang kronis, perlakuan kejam pada orang lain, tingkah laku tidak bertanggungjawab dan kurang penyesalan atas kesalahan yang  dibuat.
 Gangguian Kepribadian Ambang
Mood yang kacau dan hubungan yang berantakan dengan orang lain, self-image yang tidak stabil dan kurangnya kontrol impuls
Gangguan kepribadian Histrionik
Perilaku dramatis dan emosi yang berlebihan; tuntutan untuk menjadi pusat perhatian, kebutuhan yang berlebihan untuk terus menerus mendapatkan dukungan, pujian dan persetujuan.
Gangguan kepribadian Narsisistik
Sense of self yang berlebihan (grandiose), kebutuhan ekstrim untuk pemujaan
Gangguan Kepribadian yang ditandai oleh Perilaku Cemas dan Ketakutan
Gangguan kepribadian Menghindar
Pola menghindari hubungan sosial yang kronis karena takut akan penolakan
Gangguan kepribadian Dependen
Ketergantungan yang berlebihan pada orang lain dan kesulitan membuat keputusan mandiri
Gangguan kepribadian Obsesif-Kompulsif
Kebutuhan yang berlebihan akan keteraturan dan kesempurnaan, perhatian yang berlebihan, cara yang kaku dalam hubungan dengan orang lain


PERSPEKTIF TEORITIS
a.       Perspektif Psikodinamika :
·         Menurut Kohut, kegagalan untuk merubah narsisisme masa kanak-kanak dengan penilaian yang lebih realistis tentang self dan orang lain mendasari perkembangan kepribadian narsisistik.
·         Menurut Kernberg, kegagalan di awal masa kanak- kanak untuk membangun sense of self yang kohesif mengacu pada perkembangan kepribadian ambang
·         Menurut Mahler, kegagalan menguasai tantangan perkembangan dari pemisahan-individualisasi di awal kehidupan mendasari perkembangan kepribadian ambang.
b.      Perspektif Belajar
·         Ciri perilaku gangguan kepribadian berhubungan dengan pengalaman belajar di masa kanak-kanak, termasuk belajar observasional dari perilaku menyimpang atau agresif
·         Kurangnya kesempatan pada  masa kanak-kanak untuk mempelajari perilaku eksploratif atau mandiri menuntun pada trait kepribadian dependen
·         Displin dan kontrol orang tua yang berlebihan menuntun pada trait kepribadian obsesif kompulsif.
·         Perhatian dan reinforcement untuk perilaku yang tidak mendapatkan perhatian dapat menghasilkan trait kepribadian histrionic.
·         Kurangnya reinforce yang dapat diramalkan dan konsisten untuk perilaku yang diterima secara sosial mengacu pada trait kepribadian anti sosial.
c.       Perspektif keluarga
·         Untuk gangguan kepribadian antisosial, penolakan atau pengabaian orang tua mengacu pada kegagalan dalam menginternalisasikan nilai-nilai orang tua dan kegagalan untuk mengembangkan empati.
·         Overproteksi dan otoritarianisme orangtua menuntun pada trait kepribadian dependen.
d.      Perspektif Sosiokultural
·         Ketidakberuntungan sosial atau ekonomi dan pemaparan terhadap model yang menyimpang menuntun pada kegagalan untuk mengembangkan perilaku yang beradab.
·         Penganiayaan fisik atau seksual dapat mendasari perkembangan trait terhadap ambang.

e.       Perspektif Biologis
·         Kemungkinan adanya pengaruh genetis terhadapa trait kepribadian yang mendasari gangguan kepribadian
·         Kemungkinan adanya komponen keturunan pada gangguan kepribadian antisosial
·         Untuk gangguan  kepribadian antisosial, mungkin terdapat kurangnya respon emosional dalam situasi yang mengancam.
·         Untuk gangguan kepribadian antisosial, mungkin perlu tingkat stimulasi yang lebih tinggi untuk menjaga tingkat keterangsangan yang optimum
·         Untuk gangguan kepribadian antisosial, mengurangi aktivitas dalam pusat otak mengendalikan tingkah laku impulsif.

DISFUNGSI SEKSUAL
Disfungsi seksual menunjukkan ada gangguan pada salah satu atau lebih aspek fungsi seksual (Pangkahila, 2006). Bila didefenisikan secara luas, disfungsi seksual adalah ketidakmampuan untuk menikmati secara penuh hubungan seks.
Ciri-ciri umum dari disfungsi seksual
Ciri
Deskripsi
Takut akan kegagalan
Ketakutan yang terkait dengan kegagalan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi atau kegagalan untuk mencapai orgasme
Asumsi peran sebagai penonton dan bukan sebagai pelaku kurangnya Self-esteem
Memonitor dan mengevaluasi reaksi tubuh saat melakukan hubungan seks
Kurangnya self-esteem
Kurangi memikirkan kegagalan yang dihadapi untuk memenuhi standar normal
Efek emosional
Rasa bersalah, rasa malu, frustasi, depresi, dan kecemasan
Perilaku menghindar
Menghindari kontak seksual karena takut gagal, untuk menampilkan performa yang adekuat; membuat berbagai macam alasan pada pasangan.

Jenis-jenis Disfungsi Seksual
a.       Gangguan Dorongan Seksual (GDS)
Dorongan seksual dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu hormone testosterone, kesehatan tubuh, factor psikis dan pengalaman seksual sebelumnya. Jika diantara faktor tersebut ada yang menghambat atau faktor tersebut mengganggu maka akan terjadi GDS.
1)      Dorongan Seksual Hipoaktif
Berkurangnya atau hilangnya fantasi seksual dan dorongan secara berulang yang menyebabkan gangguan yang nyata atau kesulitan interpersonal.
2)      Gangguan Aversi Seksual
Timbul perasaan takut pada semua bentuk aktivitas seksual sehingga menimbulkan gangguan.
b.      Gangguan Ereksi (Disfungsi Ereksi)
Ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi  penis yang cukup untuk melakukan hubungan seksual dengan baik.
c.       Gangguan Ejakulasi
1)      Ejakulasi Dini
Ketidakmampuan mengontrol ejakulasi sampai pasangannya mencapai orgasme.
2)      Ejakulasi Terhambat
Pria yang mengalami ejakulasi terhambat justru tidak dapat mengalami ejakulasi di dalam vagina. Tetapi pada umumnya pria dengan ejakulasi terhambat dapat mengalami ejakulasi dengan cara lain, misalnya masturbasi dan oral seks, tetapi sebagian tidak dapat mencapai ejakulasi dengan cara apapun.
d.      Disfungsi Orgasme
Terhambatnya atau tidak tercapainya orgasme yang bersifat berulang setelah memasuki fase rangsangan selama melakukan aktivitas seks.
e.       Gangguan Nyeri Seksual ( Dispareunia)
Hubungan seksual yang menyebabkan rasa sakit pada kelamin atau sekitar kelamin. Salah satu penyebabnya adalah infeksi pada kelamin.

Penyebab Disfungsi Seksual
Penyebab Disfungsi Seksual dapat dibagi menjadi dua kelompok :
a.       Faktor Fisik
Gangguan organik atau fisik  dapat terjadi pada organ, bagian-bagian badan tertentu atau fisik secara umum. Bagian tubuh yang sedang terganggu dapat menyebabkan disfungsi seksual dalam berbagai tingkat.
Faktor fisik yang sering mengganggu seks pada usia tua sebagian karena penyakit kronis.
b.      Faktor Psikis
Faktor psikoseksual ialah semua faktor kejiwaan yang tergangu dalam diri penderita, misalnya depresi dan anxietas yang menyebabkan disfungsi seksual.

Penyebab lain Disfungsi seksual:
a.       Merokok
b.      Kecanduan alcohol
c.       Kecanduan Narkotika
d.      Konsumsi obat-obatan
e.       Diabetes Melitus
f.       Penyakit Saraf

Jenis Kelainan Seksual
a.       Homoseksual
Seseorang yang menyukai sesame jenisnya.
b.      Sodomi
Hubungan seksual yang dilakukan melaui anus
c.       Transeksual
Bentuk perilaku seseorang yang tidak menginginkan jenis kelaminnya sehingga merelakan untuk dioperasi kelamin untuk memperoleh kepuasan seksualnya.
d.      Transvestite
Seorang laki-laki yang menginginkan pakaian perempuan. Tujuannya untuk membangkitkan rangsangan seksual guna memperoleh kepuasan.
e.       Voyeurism atau Scoptophilia
Memperoleh kepuasan seks dengan cara mengintip.
f.       Masokisme Seksual
Seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya disiksa atau disakiti baik secar fisik maupun psikologis hanya untuk memperoleh kepuasan seks.
g.      Sadisme Seksual
Penderita akan memperoleh kepuasan jika melakukan hubungan seks dengan cara menyakiti pasangannya.
h.      Sado Masochist
Sebutan untuk penderita sadisme yang melakukan hubungan seks dengan masokis
i.        Necrophilia
Merasa puas jika berhubungan dengan mayat.
j.        Incest
Melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang masih memiliki pertalian darah.
k.      Exhibitionis
Mendapat kepuasan seks dengan cara memperlihatkan alat kelaminnya dengan sengaja.
l.        Fetihisme
Pemujaan yang ditunjukkan pada benda-benda mati atau bagian tubuh seseorang idolanya, sampai mendapatkan kepuasan seksual. 
m.    Zoolognia
Kelainan seksual yang diidap seseorang yang memperoleh kepuasan seksual ketika melihat binatang sedang berhubungan.
n.      Phedophilia
Kelainan seksual yang memperoleh seksual jika berhubungan seksual dengan anak kecil atau di bawah umur.
o.      Hiperseks
Seseorang yang selalu ingin melakukan hubungan seksual sesering mungkin.
p.      Triolisme
Penderita kelainan seksual yang akan memperoleh kepuasan seksual jika saat melakukan hubungan seksual dengan pasangannya dilihat oleh orang lain. Triolisme dapat juga diartikan sebagai hubungan seksual yang dilakukan oleh satu perempuan dengan tiga laki-laki.
q.      Bestialitas
Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual melalui binatang. Artinya, ia dapat berhubungan seksual dengan binatang
r.        Hermaphrodite
Orang tersebut terlahir dengan mempunyai dua jenis kelamin yang pada hakikatnya hanya ada satu yang berfungsi sebenarnya.
s.       Sexsomnia (kelainan seks saat tidur)
Gangguan tidur yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan seksual saat mereka tidur.


GANGGUAN PSIKOTIK
Hendaya berat dalam kemampuan daya nilai realita atau gangguan persepsi, pikiran, menyimpulkan realita dan adanya waham dan halusinasi.
Gangguan Psikotik dibagi dua yaitu psikotik fungsional dan gangguan psikotik organik.
Jenis Psikosa :
1.      Schizophren
2.      Gangguan Schizotipal
3.      Gangguan waham
4.      Gangguan skizoafektif
5.      Gangguan Psikotik akut dan sementara


SKIZOFRENIA
·               Emil Kraeplin (1856 – 1926) : Dimentia Praecox merupakan gangguan proses kognisi dengan onset dini.
·               Eugen Bleuler ( 1856 – 1936) : Kriteria diagnostik dari skizophren dibagi dua yaitu symptom primer dan symptom sekunder. Symptom primer disebut juga dengan 4A yaitu:
1.      Gangguan Pikiran : Asosiasi Longgar
2.      Gangguan Afektif
3.      Gangguan Autisme
4.      Ambivalensi
Symptom sekunder ditandai dengan halusinasi dan waham.
Jenis – Jenis Schizophren :
1.      Schizophren Paranoid
Didominasi waham-waham
Gejala
·         Waham kejaran, waham hubungan, waham cemburu
·         Halusinasi dengar : ancaman, halusinasi cium.
2.      Schizophren Hebefrenik
Onset 15 – 25 tahun  --- Prognosa buruk
Afek dangkal, tidak wajar, tertawa sendiri, tingkah laku infantile, regresif, gejala berpikir bizarre dan inkoherensi.
Yang menonjol:
·         Kepribadian promorbid : pemalu, penyendiri
·         Prognosis : cenderung regresif yang progresif

3.      Schizophren Katatonik
Yang menonjol gangguan Psikomotor dari hiperkinesif, fase gaduh gelisah ---- stupor.
Gejala-gejala sindrom kataton negativistic, rigiditas, excitement.

Gejala – gejala katatone juga terdapat pada :
·         Penyakit otak
·         Gangguan metabolic
·         Alcohol, obat-obatan
Prognosa relative baik kalau onset akut.


4.      Schizophren Residual
Suatu stadium kronis dalam perkembangan suatu gambaran SR dimana terjadi progresi jelas dari stadium awal sampai stadium lanjut, dengan gejala khas :
·         Gejala negative SR menonjol
·         Riwayat satu episode SR jelas
·         Sudah melampaui kurun waktu 1 tahun dimana intensitas halusinasi dan waham minimal sekali dan telah timbul sindrom negative
·         Dimensia – GMO

GANGGUAN SKIZOTIPAL
Kriteria diagnostic :
Ø   Perilaku eksentrik
Ø   Dingin, tidak bersahabat
Ø   Afek tidak wajar
Ø   Hubungan social  buruk, menarik diri
Ø   Pikiran magis
Ø   Curiga, ide paranoid

CARA PENANGGULANGAN
1.      Hospitalisasi : bila tingkah laku sangat merusak dan mau bunuh diri
2.      Terapi Somatik
·               Anti Psikotik (neuroleptik --  major traquilizer) misalnya :
-          Khlorpromazine
-          Haloperidol
·            ECT
3.       Terapi Psikososial atau terapi perilaku
-    Taken economis = jika nurut dapat upah
-    Meningkatkan keterampilan sosial.
4.      Terapi tambahan
-             Terapi kerja (okupasi)
-             Terapi rekreasi


GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT
JENIS-JENIS NAPZA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
1.      Narkotika
Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa sakit, menghilangkan rasa nyeri, menimbulkan ketergantungan.

Narkotika dapat digolongkan sebagai berikut :
Golongan I :
Hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak ditujukan untuk terapi, mempunyai potensi yang tinggi menimbulkan ketergantungan.
Contohnya : heroin, putau, kokain, ganja

Golongan II :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan sebagai terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan ( contoh : morfin, petidin)

Golongan III :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan dapat banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan menyebabkan ketergantungan (contoh : kodein)

2.      Psikotropika
Zat atau obat baik alami maupun sintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.






Psikotropika dapat digolongkan sebagai berikut :
Golongan I :
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. (contoh : ekstasi, shabu, LSD).

Golongan II :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan . (Contoh : amfetamin, metilfenidat atau Ritalin).

Golongan III :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang  mengakibatkan sindrom ketergantungan  (Contoh : fenobarbital, flunitrazepam).
Golongan IV :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan  (Contoh : Diazepam, Bromazepam, Rohipnol, Mogadon, Pil koplo).

3.      Zat adiktif lain
Yang dimaksud disini adalah bahan /zat yang berpengaruh psikoaktif
Contohnya :
1)      Minuman beralkohol
Ada 3 golongan minuman beralkohol:
·         Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % (Bir)
·         Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % (berbagai jenis minuman anggur)
·         Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % ( whiskey, vodka, TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput)
2)      Inhalansia  (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa organik
Contohnya : lem, penghapus cat kuku, bensin
3)      Tembakau
Kadar nikotin tembakau yang bisa diserap tubuh perbatangnya 1 – 3 mg.
4)      Kafein
Zat stimulansia, dapat menimbulkan ketergantungan jika dikonsumsi melebihi 100 mg/ hari atau lebih dari 2 cangkir kopi.

PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NAPZA
Penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA akibat interaksi tiga faktor :
1.      Faktor NAPZA itu sendiri
2.      Faktor individu
3.      Faktor lingkungan

Ad 1. Faktor NAPZA
Semua jenis NAPZA bekerja pada bagian otak yang menjadi pusat penghayatan kenikmatan, termasuk stimulasi seksual.
Ad 2. Faktor individu
Kebanyakan penyalahgunaan zat dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologis, psikologis, maupun social yang pesat merupakan individu yang erntan menyalahgunakan NAPZA.

Ad 3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan, baik pergaulan di sekitar rumah, sekolah maupun di tempat-tempat umum.

DAMPAK PENYALAHGUNAAN ZAT
Dampak penyalahgunaan NAPZA sangat luas, tidak saja terhadap kesehatan fisik dan mental penyalahguna NAPZA, akan tetapi juga berdampak pada ketenangan kehidupan dalam keluarga, meresahkan masyarakat dan terjadinya pelanggaran hukum.
Komplikasi Medik
Komplikasi medik akibat penyalahgunaan NAPZA sangat bervariasi tergantung dari jenis NAPZA yang dipakai, jumlah, cara memakai, lama memakai dan zat pencampur yang digunakan.
Beberapa komplikasi medik yang sering dijumpai antara lain:
ü  Penyalahgunaan Heroin/Putauw melalui suntikan dapat menyebabkan tertular Hepatitis B atau C, infeksi HIV/ AIDS, Endokarditis (infeksi jantung), infeksi darah (septisemia).
Sedangkan perempuan yang menyalahgunakan putauw sampai saat melahirkan, maka beberapa saat setelah dilahirkan, bayi akan mengalami gejala putus heroin.
ü  Penyalahgunaan psikostimulansia (ekstasi, shabu, kokain) dapat menyebabkan hipertensi, gangguan pada jantung, pendarahan otak, Gangguan jiwa berat seperti Psikosis dan Depresi serta penyakit Parkinson
ü  Penyalahgunaan Alkohol dapat menyebabkan sakit lambung, pendarahan lambung, sirosis Hepatits (pengerutan hati), Kanker hati, Radang kelenjar getah perut (pancreatitis), Radang saraf tepi (Polineuritis), Kepikunan (Demensia alkoholika).

KELOMPOK RISIKO TINGGI
Kelompok risiko tinggi penyalahgunaan NAPZA :
1.      ANAK
·         Mudah kecewa
·         Agresif dan destruktif
·         Sering berbohong, mencuri atau melawan tat tertib
·         Sudah merokok sejak SD
·         Mempunyai IQ taraf perbatasan
2.      REMAJA
·         Mempunyai rasa rendah diri, kurang percaya diri, dan mempunyai citra diri yang negative
·         Cenderung pemberontak
·         Berteman dengan penyalahguna NAPZA
·         Mempunyai hambatan atau penyimpangan dalam perkembangan psikoseksual (pemalu, sulit bergaul, sering masturbasi, sering menyendiri, kurang bergaul dengan lawan jenis)
3.      KELUARGA
·         Kurang komunikatif dengan anak
·         Terlalu mengatur anak
·         Kurang memberikan perhatian pada anak karena terlalu sibuk
·         Kurang harmonis, sering bertengkar, orangtua berselingkuh atau ayah menikah lagi.


Tanda – tanda pemakaian (perilaku)
-           Prestasi kerja, prestasi akademik turun
-          Displin pribadi kurang
-          Sosialisasi menurun
-          Mencuri, menipu, tidak jujur, kerapihan diri
-          Tanggung jawab kurang
-          Menyendiri di tempat tertentu



  

Yudisium mahasiwa UNPRI pada tgl 18 september 2016

Acara pelepasan wisudawan dan wisudawati psikologi S1 angkatan ke 5 Yudisium mahasiwa Unpri jurusan psikologi, kegiatan ini juga akan ...