PSIKOLOGI ABNORMAL
REFERENSI :
1.Psikologi Abnormal, Gerald
C. Davidson, , John M. Neale, Ann M. Kring
2.Mengenal Perilaku Abnormal, Dr. A. Supratiknya
3.Psikologi Abnormal, Jefrey S Nevid dkk
4.Diagnostic and statistical manual of mental disorder IV
Washington DC
Tujuan Mata Kuliah :
qMemahami tingkah laku abnormal
qMemahami penyebab tingkah laku abnormal
qMampu melakukan treatment psikologis yang tepat pada penderita yang mengalami gangguan perilaku.
DEFENISI UMUM
Sehat adalah
Suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara penuh dan bukan semata-mata berupa absennya penyakit atau keadaan lemah tertentu (World Health Organization)
Ciri-Ciri Pribadi Sehat dan
Normal
Aspek penyesuaian diri
Menunjukkan penerimaan diri, memiliki jati diri yang memadai (positif), memiliki penilaian realistis terhadap berbagai kelebihan dan kekurangan.
Persepsi terhadap realitas
Memiliki pandangan yang realistis terhadap diri dan terhadap dunia, orang maupun benda disekelilingnya.
Integrasi
Berkepribadian utuh, bebas dari konflik-konflik batin yang melumpuhkan, memiliki toleransi yang baik terhadap stress.
Kompetensi
Memiliki kompetensi-kompetensi fisik, intelektual, emosional, dan social yang memadai untuk mengatasi berbagai problem hidup.
Otonomi
Memiliki kemandirian, tanggung jawab dan penentuan diri (self-determination; self-direction) yang memadai disertai kemampuan cukup untuk membebaskan diri dari aneka pengaruh sosial
Pertumbuhan aktualisasi diri
Menunjukkan kecenderungan kearah semakin matang, semakin berkembang kemampuan-kemampuannya dan mencapai pemenuhan diri sebagai pribadi.
Beberapa Kriteria
Abnormal
a.Menyimpang dari norma-norma
statistic
Menurut patokan ini yang disebut abnormal adalah setiap hal yang luar biasa, tidak lazim, atau secara harafiah yang menyimpang dari norma
b. Menyimpang dari norma-norma sosial
Menurut kriteria ini, abnormal diartikan sebagai non konformitas, yaitu sifat tidak patuh atau tidak sejalan dengan norma sosial
c. Ketidakmatangan
Disini seseorang disebut abnormal bila perilakunya tidak sesuai dengan tingkat usianya, tidak selaras dengan situasi dan masalahnya.
SEBAB – SEBAB PERILAKU ABNORMAL
A.MENURUT TAHAP BERFUNGSINYA
Menurut tahap-tahap berfungsinya, sebab sebab perilaku abnormal dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Penyebab Primer
(Primary Cause)
Kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul. Misalnya, infeksi sipilis yang menyerang system syaraf pada kasus ‘paresis general’
2. Penyebab
yang Menyiapkan (Presdisposing
Cause)
Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan tertentu dalam kondisi-kondisi tertentu di masa mendatang. Misalnya, anak yang ditolak oleh orangtuanya (‘rejected child’) mungkin menjadi lebih rentan terhadap tekanan hidup setelah dewasa
3. Penyebab Pencetus (Precipitating Cause)
Kondisi yang tak tertahankan bagi individu dan mencetuskan gangguan. Misalnya, seorang wanita muda yang menjadi terganggu setelah mengalami kekecewaan berat ditinggalkan tunangannya.
4. Penyebab yang
Menguatkan (Reinforcing
Cause)
Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tingkah laku maladaptive yang sudah terjadi. Misalnya, perhatian yang berlebihan pada seorang gadis yang sedang sakit justru dapat menyebabkan yang bersangkutan kurang bertanggung jawab atas dirinya, dan menunda kesembuhannya.
B. MENURUT SUMBER
ASALNYA
1. Faktor Biologis
Berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat perkembangan maupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari-hari seperti kelainan gen, kurang gizi, penyakit dan sebagainya.
a. Cacat Genetik
Keadaan ini biasanya berupa abnormalitas atau kelainan kromosom. Contoh: sindrom Down
b. Kelemahan Konstitusional
Konstitusional adalah struktur (makeup) biologis individu yang relative menetap akibat pengaruh-pengaruh genetic atau lingkungan sangat awal termasuk lingkungan pranatal.
Konstitusi mencakup beberapa aspek:
1. Fisik atau bangun tubuh
Sheldon (1954, dalam Hall dan Lindzey, 1993) mengaitkan bangun tubuh dengan sifat kepribadian dan psikopatologi. Ada tiga macam bangun tubuh: endomorfik, mesomorfik, dan ektomorfik.
2. Cacat fisik
Pengaruh dari suatu cacat bergantung pada cara individu yang bersangkutan menerima/ memandang dan menyesuaikan diri dengan keadaannya tersebut.
c. Deprivasi fisik
Malnutrisi atau kekurangan gizi dimasa bayi dapat menghambat pertumbuhan fisik, melemahkan daya tahan terhadap penyakit.
2. Faktor-faktor Psikososial
a. Trauma di masa kanak-kanak
Trauma (psikologis) adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa mampu dan harga diri, sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya dan akan dibawa terus ke masa dewasa.
b. Deprivasi Parental
Tidak ada kesempatan untuk mendapat rangsangan emosi dari orang tua, berupa kehangatan, kontak fisik, rangsangan intelektual, emosional dan social. Misalnya, dipisahkan dari orang tua dan dititipkan ke panti asuhan.
c. Hubungan Orang tua –Anak
yang Patogenik
Dalam hal ini antara orangtua dan anak, yang berakibatkan menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak.
1)Penolakan
2)Overproteksi dan sikap serba mengekang
3)Menuntut secara tidak realistic
4)Bersikap terlalu lunak pada anak (over-permissive) dan memanjakan
5)Disiplin yang salah
6)Komunikasi yang kurang atau komunikasi yang irasional
7)Teladan buruk dari pihak orangtua
3. Faktor-faktor sosial kultural
Faktor-faktor social kultural meliputi keadaan objektif dalam masyarakat atau tuntutan dari masyarakat yang dapat berakibatkan menimbulkan tekanan pada individu dan selanjutnya melahirkan berbagai bentuk gangguan, seperti:
a.Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi kekerasan
b.Terpaksa menjalankan peran sosial yang berpotensi menimbulkan gangguan, seperti menjadi tentara dalam peperangan harus membunuh musuh.
c.Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan tertentu seperti suku, agama, ras, afiliasi politik, dan sebagainya.
d.Resesi ekonomi dan kehilangan pekerjaan
e.Perubahan sosial dan iptek yang sangat cepat melampaui kemampuan wajar orang untuk menyesuaikan diri.
SEJARAH PSIKOPATOLOGI
Demonology Awal
Doktrin bahwa wujud yang jahat seperti setan, mungkin merasuki seseorang dan mengendalikan pikiran dan tubuhnya disebut demonologi.
Somatogenesis
Pada abad kelima SM, Hipocrates (460?-377? SM) mengklasifikasikan gangguan mental ke dalam tiga kategori: Mania, Melankonlia dan prenitis atau demam otak.
Beliau berpendapat bahwa tingkah laku abnormal disebabkan karena tidak adanya keseimbangan cairan di dalam tubuh (darah, cairan empedu hitam, empedu kuning dan lendir).
Jika seseorang lambat dan tumpul kemungkinan tubuh mengandung cairan lendir yang banyak. Cairan empedu hitam yang dominan adalah penyebab melankoli. Empedu kuning mudah tersinggung dan kecemasan; dan terlalu banyak darah menyebabkan berubah-ubah temperamen.
Zaman Pertengahan (Abad ke-15 hingga abad ke-17)
Tingkah laku Ilmu sihir Tes terapung di air
Rumah Sakit Jiwa
Pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke -16, rumah sakit jiwa merupakan tempat penampungan orang yang mengalami gangguan jiwa.
Perspektif Tentang Perilaku Abnormal
Perspektif Biologis