BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Identifikasi
Variabel Penelitian
Identifikasi
variabel diperlukan untuk menentukan metode dan alat yang dipakai dalam
pengumpulan data. Adapun variabel pada penelitian ini adalah:
1. Variabel
terikat : Perilaku
Menyontek
2. Variabel
bebas : Efikasi Diri
B.
Definisi
Operasional Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, definisi
operasional dari variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.
Perilaku menyontek
Perilaku menyontek adalah
kecurangan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan cara yang
tidak halal seperti membuka catatan, bertanya kepada teman, ataupun melihat
langsung jawaban dari internet, dan perilaku lainnya yang tidak dibenarkan
untuk dilakukan karena tidak hanya merugikan bagi orang lain, tetapi juga
sangat merugikan dirinya sendiri sebagai pelaku sontek. Adapun aspek yang
diungkap pada variabel ini adalah flagrant cheating, collusion dan incidious cheating. Dalam, penelitian ini menggunakan skala Likert.
Tinggi rendahnya perilaku menyontek direpresentasikan dari skor yang
diperoleh siswa dalam skala perilaku menyontek, dimana semakin tinggi perilaku
menyontek siswa, semakin tinggi skor yang diperoleh dan sebaliknya,
semakin rendah skor yang diperoleh mencerminkan semakin rendah perilaku
menyontek siswa.
2.
Efikasi
Diri
Efikasi Diri
adalah keyakinan diri seseorang akan kemampuan
dirinya untuk menyelesaikan tugas atau suatu kegiatan dengan baik sehingga
mampu untuk mengembangkan dirinya dan mampu untuk menghadapi kegagalan dan kesulitan yang dihadapi dengan baik. Adapun aspek yang diungkap dari variabel ini adalah
magnitude (tingkat kesulitan tugas), generality (luas bidang perilaku), dan strength (kemantapan keyakinan). Dalam
penelitian ini menggunakan skala Likert. Tinggi rendahnya efikasi diri
direpresentasikan dari skor yang diperoleh siswa dalam skala efikasi diri,
dimana semakin tinggi efikasi diri siswa, semakin tinggi skor yang diperoleh
dan sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh mencerminkan
semakin rendah efikasi diri siswa.
C.
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Panca Karya yang berjumlah 192
orang.
2. Sampel
Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar mewakili (Sugiyono,
2010). Adapun teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
proporsional stratified random
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak
dimana memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi, dimana jumlah sampel yang diambil pada setiap strata dilakukan secara
proporsional sesuai dengan jumlah populasi (Sugiyono, 2010). Pada
penelitian ini, sampel diambil dengan menggunakan undian sesuai dengan jumlah
sampel yang akan diambil. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA Panca
Karya. Adapun subjek yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 71 orang.
Karakteristik subjek dalam penelitian
ini adalah:
a. Laki-laki
dan perempuan
b. Usia
15-18 tahun
Tabel 3 Perincian Jumlah Subjek Penelitian
No.
|
Kelas
|
Jumlah
Siswa
|
Jumlah
Sampel
|
Pembulatan
|
1.
|
X
|
65 orang
|
65/192
x 71 = 24,03
|
24 orang
|
2.
|
XI
|
54 orang
|
54/192
x 71 = 19,96
|
20 orang
|
3.
|
XII
|
73 orang
|
73/192
x 71 = 26, 99
|
27 orang
|
|
Jumlah
|
71
orang
|
Berdasarkan
uraian diatas, maka diperoleh jumlah sampel yang akan
digunakan pada penelitian ini sebanyak 71 orang dari jumlah populasi sebanyak
192 orang.
C.
Teknik
Pengumpulan Data
1.
Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pemgumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,
dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan
diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-resport, atau setidak-tidaknya
atau keyakinan pribadi Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh
peneliti dalam menggunakan metode interview dan juga kuesioner (Angket) adalah
sebagai berikut.
1.
Bahwa subyek (responden) adalah orang yang
paling tahu tentang dirinya sendiri
2.
Bahwa apa yang
dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya
3.
Bahwa interpretasi
subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah
sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan
dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan
telepon. Sugiyono (2012)
2.
Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila
peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila
jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat
berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada
responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet. Sugiyono
(2012)
1.
Kuesioner adalah
suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari
sikap-sikap, keyakinan, prilaku, dan karekteristik beberapa orang utama di
dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh
sistem yang sudah ada. Syofian Siregar (2013)
Ada beberapa jenis kueioner yang dapat digunakan dalam proses pengumpulam data, yaitu :
A.
Kusioner Tertutup
Pertanyaan yang diberikan kepada responden sudah dalam bentuk pilihan
ganda. Jadi kuesioner jenis ini responden tidak diberi kesempatan untuk
mengeluarkan pendapat.
Contoh: Penerpan skala likert
Bagimana pendapat suadara tentang saran dan prasarana yang ada di Fakultas
ilmu komunikasi Universitas “ABC”
1)
Sangat tidak
baik 4) baik
2)
Tidak baik 5) Sangat baik
3)
Biasa
Metode pengumpulan data melalui
teknik kuesioner ini memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti halnya pada
metode pengumpulan data yang lain.
Kelebihan teknik kuesioner,
antara lain:
1.
Jumlah responden
dapat dalam jumlah yang besar dan cukupannya cukup luas, karena kuesioner dapat
dikirim melaui pos.
2.
Biaya yang
dibutuhkan dengan teknik ini reatif murah.
3.
Responden tidak
perlu orang yang mempunyai keahlian dan wawasan yang luas, cukup orang yang
terkait dengan permasalahan dalam
penelitian.
Kekurangan teknik kuesioner, antara lain:
1.
Tingkat
pengembalian kuesioner rendah, jika dikirim memalui pos.
2.
Teknik kuesioner
hanya dapat diberikan kepada responden yang dapat membaca.
3.
Bila
pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner ditafsirkan salah oleh responden, maka
hasil penelitian tidak akurat.
Petunjuk-petunjuk yang harus diikuti saat memilih bahasa dalam proses
pembuatan kuesioner sebagai berikut:
A. Gunakan bahasa atau kata-kata yang sederhana agar mudah
dipahami oleh responden.
B. Hindari menggunakan pertanyaan-pertanyaan spesifik.
C. Pertanyaan harus singkat
D. Dalam pemilihan kata-kata, hindari pemilihan kata-kata
yang bermakna ganda.
E. Berikan pertanyaa kepada responden yang tepat (maksudnya
orang-orang yang mampu merespon). Jangan berasumsi mereka tahu banyak.
B.
Pastikan bahwa
pertanyaan-pertanyaan tersebut secara teknik cukup akurat sebelum menggunakannya.
Berdasarkan jenis skala pengukuran data, data kuantitatif dikelompokan ke
dalam empat jenis yang memiliki sifat berbeda. Syofian Siregar (2013)
1.
Skala Nominal
Skala nominal adalah suatu skala yang diberikan pada suatu objek atau
kategori yang tidak menggambarkan kedudukan objek atau kategori tersebut
terhadap objeck atau kategori lainya, tetapi hanya sekedar label atau kode
saja. Skala ini hanya mengelompokkan objek/kategori ke dalam kelompok tertentu.
Misalnya:
Gender : 1= laki-laki
2= perempuan
Pendidikan: 1= untuk tingkat SLTP
2= untuk tingkat SMU
3= untuk tingkat perguruan tinggi
Angka 1 dan 2 atau 3 pada skala pengukuran ini tidak berarti, bahwa angak
tiga lebih tinggi kedudukannya dari pada angak dua, begitu juga sebaliknya.
Angka tersebut hnaya sebatas identifikasi saja terhadap suatu objek.
Skala ini mempunyai dua ciri, yaitu:
A.
Kategori data
bersifat saling lepas(satu objek hanya masuk satu kelompok saja).
B.
Kategori data tidak
disusun secara logis.
2.
Skala Ordinal
Skala ordinal adalah data yang berasal dari kategori yang disusun secara
berjenjang mulai dari tingkat terenda sampai ke tingkat tertinggi atau
sebalinya dengan jarak/rentang yang tidak harus sama. Dibandingkan dengan data
nominal, data ordinal setiap jenjang memiliki sifat yang berbeda. Data jenis
ini berlaku perbandingan dengan menggunakan fungsi berbeda > atau <.
Misalnya:
1.
Taman
kanak-kanak =1
2.
Sekolah
dasar(SD) =2
3.
Sekolah menegah
pertama(SMP) =3
4.
Sekolah menegah
atas (SMA) =4
5.
Diploma =5
6.
Sarjana =6
Analisi data di atas menujukkan
pendidikan TK dengan nomer urut 1 lebih rendah dibanding dengan tingkat SD
nomer 2 dan SMP lebih rendah dibanding SMA.
3.
Skala Interval
Skala interval adalah suatu skala di mana objeck/kategori dapat diurutkan
berdasakan suatu atribut tertentu, di mana jarak/interval anatara tiap
objek/kategori sama. Besarnya interval dapat ditambah atau dikurangi. Skala ini
memiliki ciri sama dengan ciri pada skala ordinal ditambah satu ciri lagi,
yaitu urutan kategori data mempunyai jarak yang sama. Pada skala ini yang
dijumlahkan bukanlah kuantitas atau
besaran, melainkan interval dan tidak terdapat nilai nol.Berikut diberikan 1
contoh data berskala interval.
A.
Pengukuran
kecerdasan
Kecerdasan intlektual dinyatakan dengan IQ. Rentang IQ 90 sampai dengan 100
memiliki rentang yang sama dengan IQ 100 sampai 110. Namun demikian orang yang
memiliki IQ 150 tidak dapat dinyatkan tingkat kecerdasan 1,5 kali dari orang
ber IQ 100.
4.
Skala Rasio
Skala rasio adalah suatu skala yang memiliki sifat-sifat skala nominal
ordinal dan skala interval dilengkapi dengan titik nol absolut dengan makna
empiris. Karena terdapat angka nol maka pada skala ini dapat objek/kategori
yang diukur. Sifat yang membedakan data skala rasio dengan nominal, ordinal dan
interval dapat dilihat melalui contoh ini.
Contoh:
Panjang suatu benda dalam ukuran meter dinyatakan dalam rasio
1.
Panjang benda 1
meter dengan 2 meter sangat berbeda nyat, sehingga dapat dibuat kategori benda
yang berukuran 1 meter dan 2 meter(sifat data nominal)
2.
Ukuran panjang
benda panjang mulai dari terpendek sampai yang paling panjang(sifat data
ordinal)
3.
Perbedaan antara
panjang benda 1 meter dengan 2 meter memiliki perbedaan yang sama antara
panjang benda 2 meter dengan 3 meter (sifat data interval)
4.
Kelebihan sifat
yang dimiliki data rasio ada dua hal, yaitu data rasio memiliki angka 0 meter,
artinya tidak ada benda yang diukur dan benda yang memiliki panjang 4 meter, 2
kali lebih panjang dari benda yang memiliki panjang 2 meter. Kedua hal tersebut
tidak dimiliki oleh jenis data nominal ordinal dan interval.
Berdasarkan sifatnya, data kuantitatif dapat ilustrasikan pada Gambar.
3.
Metode Observasi
Dalam menggunakan metode obsevasi cara yang paling efektif adalah
melengkapi dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format
yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang
digambarkan akan terjadi. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk
bahwa mencatat data obsevasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan
perbandingan kemudian mengadakan penelitian ke dalam suatu skla
bertingkat.Misalnya kita memperhatikan reaksi penonton televisi, bukan hanya
mencatat bagaimana reaksi itu, dan berapa kali muncul, tetapi juga menilai
reaksi tersebut sangat, kurang, atau tidak sesuai dengan yang kita kehendaki.
Sebagai contohnya dapat dikemukakan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
untuk mengetahui proses belajar-mengajar di kelas. Variabel yang akan diungkap
didaftar, kemudian di tally kemunculannya, dan jika perlu kualitas kejadian itu
dijabarkan lebih lanjut. Arikuto (2010)
Variabel
1.
Guru mengajukan
pertanyaan kepada murid (obsevasi selama 15 menit pada awal jam
pelajaran).
Frekuensi
a.
Bertanya tentang
hal yang sudah diterangkan.................................XXXX
b.
Bertanya tentang
jawaban teman sekelas........................................XXX
c.
Bertanya tentang
tugas yang diberikan............................................XXXX
2.
Setiap kali guru
bertanya bagimana tingkat kesukarannya.
a.
Sangat sukar....................................................................................X
b.
Sukar...............................................................................................XXX
c.
Cukup.............................................................................................XXXX
d.
Mudah.............................................................................................XX
D.
Validitas
dan Reliabilitas Alat Ukur
Pada hakekatnya setiap pengukuran selalu
diarahkan untuk mendapatkan hasil ukur yang akurat dan objektif. Akurat dan
objektif merupakan hal yang sangat penting karena sebagai salah satu syarat
alat ukur yang baik untuk digunakan sebagai metode pengumpulan data. Salah satu
upaya untuk mencapainya adalah bahwa alat ukur yang digunakan harus valid dan
reliabel.
1.
Validitas
Instrumen yang valid bila terdapat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada
objek yang diteliti. Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2010).
Untuk mengetahui validitas skala
perilaku menyontek dan skala efikasi diri digunakan validitas isi, yaitu sejauh
mana tes dilihat dari isinya dapat mengukur apa yang hendak diukur. Ada
beberapa validitas yang seharusnya dimiliki oleh sebuah alat ukur. Salah satu
diantaranya adalah validitas isi atau content validity. Validitas isi
mempersoalkan apakah isi dari suatu alat ukur (bahannya, topiknya,
substansinya) cukup merupakan sebuah sampel. Validitas isi secara mendasar
adalah merupakan suatu pendapat baik pendapat sendiri maupun pendapat beberapa
orang lain ataupun dari pendapat (Suryabrata, 2005).
Jenis validitas kedua adalah validitas konstruk. Pengertian
validitas ini yaitu mempersoalkan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan
instrumen yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang
mendasari penyusunan alat ukur tersebut. Bila korelasi tiap faktor tersebut
positif dan besarnya 0,30 ke atas, maka faktor tersebut merupakan konstruk yang
kuat (Sugiyono, 2010).
Uji
validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus Corrected Item Total Correlation Alpha
Cronbach (Nugroho, 2011) dengan bantuan SPSS 13 for windows.
2. Reliabilitas
Instrument
yang reliable adalah instrument yang
bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan
data yang sama (Sugiyono, 2010). Reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana
hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Maksudnya jika alat
tersebut digunakan pada kondisi yang berbeda, apakah memberikan hasil yang
hampir sama. Hal ini ditunjukkan oleh taraf keajegan (konsistensi) skor yang
diperoleh oleh para subjek yang diukur dengan alat yang setara pada kondisi
yang berbeda (Suryabrata, 2005).
Reliabilitas dinyatakan dalam koefisien, dengan angka
antara 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien mendekati angka 1,00 berarti
reliabilitas alat ukur semakin tinggi. Sebaliknya reliabilitas alat ukur yang
rendah ditandai oleh koefisien reliabilitas yang mendekati angka 0 (Azwar,
2005). Dalam penelitian ini uji reliabilitas
menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan menggunakan bantuan komputer
program SPSS 13.00 for
Windows
E.
Teknik
Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan
untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah teknik korelasi Product Moment dari Pearson dengan
bantuan analisis program SPSS (Statistical
Package for Social Sciences) 13.00 for
Windows. Alasan penggunaan metode ini adalah bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan perilaku menyontek.
Sebelum data-data
yang terkumpul dianalisa, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi:
1.
Uji Normalitas
Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdistrubusi dengan normal
atau tidak. Korelasi Product Moment
mensyaratkan bahwa data harus terdistribusi dengan normal, dan dalama hal ini
digunakan Kolmogorov Smirnov Z.
Adapaun kriteria yang digunakan adalah apabila P > 0,05 maka data
berdistribusi normal dan sebaliknya jika P < 0,05 maka tidak berdistribusi
normal. (Priyatno, 2010).
2.
Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk
mengetahui apakah dua variabel yang akan dikenai prosedur analisis statistik
korelasional menunjukkan hubungan yang linier atau tidak. Jika P < 0,05 maka
hubungan antara kedua variabel yaitu perilaku menyontek dan efikasi diri dikatakan
linier, dan sebaliknya jika P > 0,05 maka hubungan kedua variabel dikatakan
tidak linier (Priyatno, 2010).
Azwar, S. (2005). Penyusunan Skala Psikologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2011). Sikap
Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Priyatno, D. (2010). Teknik Mudah
dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian
Pendadaran. Yogyakarta: Gava Media.
Sarwono,
J. (2012). Metode Riset Skripsi:
Pendekatan Kuantitatif (Menggunakan Prosedur SPSS). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Sugiyono.
(2010). Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Suryabrata, S. (2005). Pengembangan Alat Ukur Psikologis.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sugiyono (2012).
Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Priyatno, D. (2010). Teknik
Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS dan Tanya Jawab
Ujian Pendadaran. Yogyakarta: Gava Media.