Wednesday, 25 June 2014

Teknik Penyusunan Skripsi Kuantitatif (Contoh Skripsi)



BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Identifikasi Variabel Penelitian
Identifikasi variabel diperlukan untuk menentukan metode dan alat yang dipakai dalam pengumpulan data. Adapun variabel pada penelitian ini adalah:
1.      Variabel terikat                 : Perilaku Menyontek
2.      Variabel bebas                   : Efikasi Diri

B.     Definisi Operasional Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.          Perilaku menyontek
            Perilaku menyontek  adalah kecurangan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan cara yang tidak halal seperti membuka catatan, bertanya kepada teman, ataupun melihat langsung jawaban dari internet, dan perilaku lainnya yang tidak dibenarkan untuk dilakukan karena tidak hanya merugikan bagi orang lain, tetapi juga sangat merugikan dirinya sendiri sebagai pelaku sontek. Adapun aspek yang diungkap pada variabel ini adalah flagrant cheating, collusion dan incidious cheating. Dalam, penelitian ini menggunakan skala Likert. Tinggi rendahnya perilaku menyontek direpresentasikan dari skor yang diperoleh siswa dalam skala perilaku menyontek, dimana semakin tinggi perilaku menyontek siswa, semakin tinggi skor yang diperoleh dan sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh mencerminkan semakin rendah perilaku menyontek siswa.
2.    Efikasi Diri
           Efikasi Diri adalah keyakinan diri seseorang akan kemampuan dirinya untuk menyelesaikan tugas atau suatu kegiatan dengan baik sehingga mampu untuk mengembangkan dirinya dan mampu untuk menghadapi kegagalan dan  kesulitan yang dihadapi dengan baik. Adapun aspek yang diungkap dari variabel ini adalah magnitude (tingkat kesulitan tugas), generality (luas bidang perilaku), dan strength (kemantapan keyakinan). Dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Tinggi rendahnya efikasi diri direpresentasikan dari skor yang diperoleh siswa dalam skala efikasi diri, dimana semakin tinggi efikasi diri siswa, semakin tinggi skor yang diperoleh dan sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh mencerminkan semakin rendah efikasi diri siswa.

C. Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).  Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Panca Karya yang berjumlah 192 orang.
2.      Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar mewakili (Sugiyono, 2010).  Adapun teknik pengambilan  sampel pada penelitian ini adalah proporsional stratified random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak dimana memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi, dimana jumlah sampel yang diambil pada setiap strata dilakukan secara proporsional sesuai dengan jumlah populasi (Sugiyono, 2010). Pada penelitian ini, sampel diambil dengan menggunakan undian sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA Panca Karya. Adapun subjek yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 71 orang.
Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah:
a.    Laki-laki dan perempuan
b.      Usia 15-18 tahun
Tabel  3   Perincian Jumlah Subjek Penelitian
No.
Kelas
Jumlah Siswa
Jumlah Sampel
Pembulatan
1.
X
65 orang
65/192 x 71 = 24,03
24 orang
2.
XI
54 orang
54/192 x 71 = 19,96
20 orang
3.
XII
73 orang
73/192 x 71 = 26, 99
 27 orang

Jumlah
71 orang

Berdasarkan uraian diatas, maka diperoleh jumlah sampel yang akan digunakan pada penelitian ini sebanyak 71 orang dari jumlah populasi sebanyak 192 orang.


C.    Teknik Pengumpulan Data
1.      Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pemgumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-resport, atau setidak-tidaknya atau keyakinan pribadi Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan  bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview dan juga kuesioner (Angket) adalah sebagai berikut.
1.       Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
2.      Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya
3.      Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon. Sugiyono (2012)
2.      Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet. Sugiyono (2012)
1.      Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, prilaku, dan karekteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. Syofian Siregar (2013)


Ada beberapa jenis kueioner yang dapat digunakan  dalam proses pengumpulam data, yaitu :
A.    Kusioner Tertutup
Pertanyaan yang diberikan kepada responden sudah dalam bentuk pilihan ganda. Jadi kuesioner jenis ini responden tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat.
Contoh: Penerpan skala likert
Bagimana pendapat suadara tentang saran dan prasarana yang ada di Fakultas ilmu komunikasi Universitas “ABC”
1)      Sangat tidak baik                   4) baik
2)      Tidak baik                             5) Sangat baik
3)      Biasa
Metode pengumpulan data melalui teknik kuesioner ini memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti halnya pada metode pengumpulan data yang lain.
Kelebihan teknik kuesioner, antara lain:
1.      Jumlah responden dapat dalam jumlah yang besar dan cukupannya cukup luas, karena kuesioner dapat dikirim melaui pos.
2.      Biaya yang dibutuhkan dengan teknik ini reatif murah.
3.      Responden tidak perlu orang yang mempunyai keahlian dan wawasan yang luas, cukup orang yang terkait dengan  permasalahan dalam penelitian.
Kekurangan teknik kuesioner, antara lain:
1.      Tingkat pengembalian kuesioner rendah, jika dikirim memalui pos.
2.      Teknik kuesioner hanya dapat diberikan kepada responden yang dapat membaca.
3.      Bila pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner ditafsirkan salah oleh responden, maka hasil penelitian tidak akurat.
Petunjuk-petunjuk yang harus diikuti saat memilih bahasa dalam proses pembuatan kuesioner sebagai berikut:
A.    Gunakan bahasa atau kata-kata yang sederhana agar mudah dipahami oleh responden.
B.     Hindari menggunakan pertanyaan-pertanyaan spesifik.
C.     Pertanyaan harus singkat
D.    Dalam pemilihan kata-kata, hindari pemilihan kata-kata yang bermakna ganda.
E.     Berikan pertanyaa kepada responden yang tepat (maksudnya orang-orang yang mampu merespon). Jangan berasumsi mereka tahu banyak.
B.     Pastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut secara teknik cukup akurat sebelum menggunakannya.
Berdasarkan jenis skala pengukuran data, data kuantitatif dikelompokan ke dalam empat jenis yang memiliki sifat berbeda. Syofian Siregar (2013)

1.      Skala Nominal
Skala nominal adalah suatu skala yang diberikan pada suatu objek atau kategori yang tidak menggambarkan kedudukan objek atau kategori tersebut terhadap objeck atau kategori lainya, tetapi hanya sekedar label atau kode saja. Skala ini hanya mengelompokkan objek/kategori ke dalam kelompok tertentu.
Misalnya:
Gender :       1= laki-laki
                     2= perempuan
Pendidikan:  1= untuk tingkat SLTP
                     2= untuk tingkat SMU
                     3= untuk tingkat perguruan tinggi
Angka 1 dan 2 atau 3 pada skala pengukuran ini tidak berarti, bahwa angak tiga lebih tinggi kedudukannya dari pada angak dua, begitu juga sebaliknya. Angka tersebut hnaya sebatas identifikasi saja terhadap suatu objek.
Skala ini mempunyai dua ciri, yaitu:
A.    Kategori data bersifat saling lepas(satu objek hanya masuk satu kelompok saja).
B.     Kategori data tidak disusun secara logis.
2.      Skala Ordinal
Skala ordinal adalah data yang berasal dari kategori yang disusun secara berjenjang mulai dari tingkat terenda sampai ke tingkat tertinggi atau sebalinya dengan jarak/rentang yang tidak harus sama. Dibandingkan dengan data nominal, data ordinal setiap jenjang memiliki sifat yang berbeda. Data jenis ini berlaku perbandingan dengan menggunakan fungsi berbeda > atau <.
Misalnya:
1.      Taman kanak-kanak                            =1
2.      Sekolah dasar(SD)                              =2
3.      Sekolah menegah pertama(SMP)       =3
4.      Sekolah menegah atas (SMA)            =4
5.      Diploma                                              =5
6.      Sarjana                                                =6
Analisi data di atas menujukkan pendidikan TK dengan nomer urut 1 lebih rendah dibanding dengan tingkat SD nomer 2 dan SMP lebih rendah dibanding SMA.
3.      Skala Interval
Skala interval adalah suatu skala di mana objeck/kategori dapat diurutkan berdasakan suatu atribut tertentu, di mana jarak/interval anatara tiap objek/kategori sama. Besarnya interval dapat ditambah atau dikurangi. Skala ini memiliki ciri sama dengan ciri pada skala ordinal ditambah satu ciri lagi, yaitu urutan kategori data mempunyai jarak yang sama. Pada skala ini yang dijumlahkan  bukanlah kuantitas atau besaran, melainkan interval dan tidak terdapat nilai nol.Berikut diberikan 1 contoh data berskala interval.
A.    Pengukuran kecerdasan
Kecerdasan intlektual dinyatakan dengan IQ. Rentang IQ 90 sampai dengan 100 memiliki rentang yang sama dengan IQ 100 sampai 110. Namun demikian orang yang memiliki IQ 150 tidak dapat dinyatkan tingkat kecerdasan 1,5 kali dari orang ber IQ 100.
4.      Skala Rasio
Skala rasio adalah suatu skala yang memiliki sifat-sifat skala nominal ordinal dan skala interval dilengkapi dengan titik nol absolut dengan makna empiris. Karena terdapat angka nol maka pada skala ini dapat objek/kategori yang diukur. Sifat yang membedakan data skala rasio dengan nominal, ordinal dan interval dapat dilihat melalui contoh ini.
Contoh:
Panjang suatu benda dalam ukuran meter dinyatakan dalam rasio
1.      Panjang benda 1 meter dengan 2 meter sangat berbeda nyat, sehingga dapat dibuat kategori benda yang berukuran 1 meter dan 2 meter(sifat data nominal)
2.      Ukuran panjang benda panjang mulai dari terpendek sampai yang paling panjang(sifat data ordinal)
3.      Perbedaan antara panjang benda 1 meter dengan 2 meter memiliki perbedaan yang sama antara panjang benda 2 meter dengan 3 meter (sifat data interval)
4.      Kelebihan sifat yang dimiliki data rasio ada dua hal, yaitu data rasio memiliki angka 0 meter, artinya tidak ada benda yang diukur dan benda yang memiliki panjang 4 meter, 2 kali lebih panjang dari benda yang memiliki panjang 2 meter. Kedua hal tersebut tidak dimiliki oleh jenis data nominal ordinal dan interval.
Berdasarkan sifatnya, data kuantitatif dapat ilustrasikan pada Gambar.
Rounded Rectangle: kuantitatif                                      








 
                                            








 
Rounded Rectangle: IntervalRounded Rectangle: Kontinum                                          


 




3.      Metode Observasi
Dalam menggunakan metode obsevasi cara yang paling efektif adalah melengkapi dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data obsevasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan perbandingan kemudian mengadakan penelitian ke dalam suatu skla bertingkat.Misalnya kita memperhatikan reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat bagaimana reaksi itu, dan berapa kali muncul, tetapi juga menilai reaksi tersebut sangat, kurang, atau tidak sesuai dengan yang kita kehendaki. Sebagai contohnya dapat dikemukakan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui proses belajar-mengajar di kelas. Variabel yang akan diungkap didaftar, kemudian di tally kemunculannya, dan jika perlu kualitas kejadian itu dijabarkan lebih lanjut. Arikuto (2010)


Variabel
1.      Guru mengajukan pertanyaan kepada murid (obsevasi selama 15 menit pada awal jam pelajaran).     
                                                                                                           Frekuensi                                  
a.       Bertanya tentang hal yang sudah diterangkan.................................XXXX
b.      Bertanya tentang jawaban teman sekelas........................................XXX
c.       Bertanya tentang tugas yang diberikan............................................XXXX
2.      Setiap kali guru bertanya bagimana tingkat kesukarannya.
a.       Sangat sukar....................................................................................X
b.      Sukar...............................................................................................XXX
c.       Cukup.............................................................................................XXXX
d.      Mudah.............................................................................................XX






D.    Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Pada hakekatnya setiap pengukuran selalu diarahkan untuk mendapatkan hasil ukur yang akurat dan objektif. Akurat dan objektif merupakan hal yang sangat penting karena sebagai salah satu syarat alat ukur yang baik untuk digunakan sebagai metode pengumpulan data. Salah satu upaya untuk mencapainya adalah bahwa alat ukur yang digunakan harus valid dan reliabel.
1. Validitas
Instrumen yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2010).
Untuk mengetahui validitas skala perilaku menyontek dan skala efikasi diri digunakan validitas isi, yaitu sejauh mana tes dilihat dari isinya dapat mengukur apa yang hendak diukur. Ada beberapa validitas yang seharusnya dimiliki oleh sebuah alat ukur. Salah satu diantaranya adalah validitas isi atau content validity. Validitas isi mempersoalkan apakah isi dari suatu alat ukur (bahannya, topiknya, substansinya) cukup merupakan sebuah sampel. Validitas isi secara mendasar adalah merupakan suatu pendapat baik pendapat sendiri maupun pendapat beberapa orang lain ataupun dari pendapat (Suryabrata, 2005).
Jenis validitas kedua  adalah validitas konstruk. Pengertian validitas ini yaitu mempersoalkan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan instrumen yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,30 ke atas, maka faktor tersebut merupakan konstruk yang kuat (Sugiyono, 2010).
            Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus Corrected Item Total Correlation Alpha Cronbach (Nugroho, 2011) dengan bantuan SPSS 13 for windows.

2.  Reliabilitas
Instrument yang reliable adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2010). Reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Maksudnya jika alat tersebut digunakan pada kondisi yang berbeda, apakah memberikan hasil yang hampir sama. Hal ini ditunjukkan oleh taraf keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh para subjek yang diukur dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda (Suryabrata, 2005).
Reliabilitas dinyatakan dalam koefisien, dengan angka antara 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien mendekati angka 1,00 berarti reliabilitas alat ukur semakin tinggi. Sebaliknya reliabilitas alat ukur yang rendah ditandai oleh koefisien reliabilitas yang mendekati angka 0 (Azwar, 2005). Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 13.00 for Windows



E.     Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah teknik korelasi Product Moment dari Pearson dengan bantuan analisis program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) 13.00 for Windows.  Alasan penggunaan metode ini adalah bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan perilaku menyontek.
Sebelum data-data yang terkumpul dianalisa, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi:
1.  Uji Normalitas
        Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdistrubusi dengan normal atau tidak. Korelasi Product Moment mensyaratkan bahwa data harus terdistribusi dengan normal, dan dalama hal ini digunakan Kolmogorov Smirnov Z. Adapaun kriteria yang digunakan adalah apabila P > 0,05 maka data berdistribusi normal dan sebaliknya jika P < 0,05 maka tidak berdistribusi normal. (Priyatno, 2010).
2.  Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel yang akan dikenai prosedur analisis statistik korelasional menunjukkan hubungan yang linier atau tidak. Jika P < 0,05 maka hubungan antara kedua variabel yaitu perilaku menyontek dan efikasi diri dikatakan linier, dan sebaliknya jika P > 0,05 maka hubungan kedua variabel dikatakan tidak linier (Priyatno, 2010).





















Azwar, S. (2005). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2011). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Priyatno, D. (2010). Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Yogyakarta: Gava Media.

Sarwono, J. (2012). Metode Riset Skripsi: Pendekatan Kuantitatif (Menggunakan Prosedur SPSS). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Suryabrata, S. (2005). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sugiyono (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Penerbit Alfabeta.
Priyatno, D. (2010). Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Yogyakarta: Gava Media.

Arikunto  (2010) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT Rineka Cipta, Jakarta

Yudisium mahasiwa UNPRI pada tgl 18 september 2016

Acara pelepasan wisudawan dan wisudawati psikologi S1 angkatan ke 5 Yudisium mahasiwa Unpri jurusan psikologi, kegiatan ini juga akan ...