Tujuan
dan Kompetensi yang Diharapkan Bagi Mahasiswa
Defenisi dan prevalensi
dari penggunaan/ penyalahgunaan obat-obat terlarang
Level peringatan dari
penggunaan/penyalahgunaan obat-obat terlarang.
Konsekuensidari
penggunaan/penyalahgunaan obat-obat terlarang.
Intervensi untuk penggunaan/penyalahgunaan obat-obat
terlarang
DEFENISI
DAN PREVALENSI DARI PENGGUNAAN/PENYALAHGUNAAN OBAT-OBAT TERLARANG
Narkoba adalah zat kimia yg dapat mengubah keadaan
psikologis , seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk
ke dalam tubuh manusia baik dgn cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, dan
sebagainya
Penggunaan/penyalahgunaan obat-obat terlarang yaitu
penggunaan zat-zat tertentu yang mempengaruhi sistem saraf dan menyebabkan
ketergantungan (adiksi).
Next...
Beberapa jenis Narkoba yang populer digunakan di Indonesia
:
Narkotika : zat yang
dapat menimbul pengaruh tertentu bagi yang menggunakannya dengan memasukan ke
dalam tubuh, seperti : heroin, ganja, kokain, morfin, opium
Psikotropika : zat atau
obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis yang memiliki psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susun saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas normal dan perilaku. ektasi, amfetamin, nitrazepam, diazepam.
dll
Zat adiktif : zat0zat
selain narkotika, dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan pada
pemakainya, seperti: rokok, lem, thinner, bensin, inhalansia, minuman yang
beralkohol.
LEVEL
PERINGATAN DARI PENGGUNAAN/PENYALAHGUNAAN
OBAT-OBAT TERLARANG
OBAT-OBAT TERLARANG
Tahap – tahap
penyalahgunaan Narkoba, sbb :
a. Tahap pengenalan
awal.
Pertama kalinya oleh
seseorang baik secara sengaja karena alasan medis atau karena
ketidaktahuan/secara tidak sengaja mengkonsumsi Narkoba, misalkan minumannya
dicampur Narkoba oleh orang lain. Pada umumnya orang tersebut belum merasakan
”reaksi enak” (halusinasi dan eforia) dari Narkoba karena memang tidak ada
niat/maksud untuk mendapatkan atau mengetahui reaksi dari Narkoba yang
terkonsumsi tadi.
NEXT....
b. Tahap rekreasional
Pada tahap ini seseorang telah dengan sengaja untuk
coba-coba atau iseng ingin mengetahui reaksi dari Narkoba. Biasanya mereka akan
merasakan reaksi halusinasi dan eforia sesuai yang diharapkan, sehingga secara
psikologis dan efek farmakologis akan mendorong orang tersebut mengulanginya
lagi
c. Tahap
habitual/kebiasaan
Para pengguna sudah mengkonsumsi Narkoba secara teratur
misalnya tiap minggu atau dua hari sekali. Pada tahap ini telah terjadi
toleransi, yaitu mereka harus meningkatkan dosis pemakaian guna meng-hasilkan
efek atau reaksi yang diharapkan.
NEXT.....
d. Tahap
adiksi/ketagihan
Pada tahap ini dapat
dipastikan 100 % akan menjadi ketergan-tungan baik secara fisik, psikologis dan
sosial. Penggunaan Narkoba akan dilakukan setiap hari dan kalau tidak
menggunakan maka semua aktifitas atau pekerjaan rutin menjadi terganggu. Mereka
merasa sudah tidak bisa hidup tanpa Narkoba.
e. Tahap
dependensi/ketergantungan
Sama dengan tahap adiksi yaitu telah terjadi ketergantungan
baik secara fisik, psikologis dan sosial, bedanya mereka yang telah memasuki
tahap ini sudah tidak merasakan lagi nikmat atau ”reaksi enak” dari Narkoba,
sedangkan pada tahap adiksi mereka masih dapat menikmati ”reaksi enak” seperti
halusinasi, eforia dan lain-lain.
KONSEKUENSIDARI
PENGGUNAAN/PENYALAHGUNAAN OBAT-OBAT TERLARANG
Paling tidak terdapat 3 aspek akibat langsung
penyalahgunaan Narkoba yang berujung pada menguatnya ketergantungan.
Secara fisik: penggunaan Narkoba akan mengubah metabolisme
tubuh seseorang.
Secara psikis: berkaitan dengan berubahnya beberapa fungsi
mental, seperti rasa bersalah, malu dan perasaan nyaman yang timbul dari
mengkonsumsi Narkoba.
Secara sosial: dampak sosial yang memperkuat pemakaian
Narkoba. Proses ini biasanya diawali dengan perpecahan di dalam kelompok sosial
terdekat seperti keluarga sehingga muncul konflik dengan orang tua,
teman-teman, pihak sekolah atau pekerjaan.
NEXT....
Beberapa dampak yang sering terjadi dari
peningkatan ini adalah sebagai berikut:
Dari kebutuhan untuk memperoleh Narkoba terus-menerus
menyebabkan penyalahguna sering melakukan pelanggaran hukum seperti mencuri dan
menipu orang lain untuk mendapatkan uang membeli Narkoba.
Menurun bahkan menghilangnya produktivitas pemakai, apakah
itu di sekolah maupun di tempat kerja. Penyalahguna akan kehilangan daya untuk
melakukan kegiatannya sehari-hari.
Penggunaan jarum suntik secara bersama meningkatkan resiko
tertularnya berbagai macam penyakit seperti HIV. Peningkatan jumlah orang
dengan HIV positif di Indonesia akhir-akhir ini berkaitan erat dengan
meningkatnya penyalahgunaan Narkoba.
NEXT....
Pemakaian Narkoba secara berlebihan menyebabkan kematian.
Gejala over dosis pada penyalahguna Narkoba menjadi lebih besar karena batas
toleransi seseorang sering tidak disadari oleh yang bersangkutan.
Dilihat secara lebih
luas lagi, terutama dari segi kepentingan bangsa Indonesia, penyalahgunaan
Narkoba pada remaja jelas-jelas membawa dampak yang sangat negatif.
Beberapa tahapan dalam penanggulangan penyalahan obat-obat
terlarang, yaitu :
1. Pencegahan sekunder
Upaya dilakukan untuk mendiagnosa secara dini kasus
penggunaan obat, mencegah agar tidak terjadi addiksi, mengobatinya, bila memang
sudah terjadi addiksi, upaya dilakukan untuk membatasi cacat yang terjadi baik
fisik, mental maupun sosial serta menghilangkan adiksi itu.
2. Pembatasan cacat
Pada fase ini diharapkan penderita dan keluarganya mendapat
pendampingan medis, psikologis dan sosial agar mampu mengatasi masalah.
pendekatan therapeutic communities mempunyai dua ciri yang unik
yaitu :
Peranan masyararakat
sebagai penyembuh dan pengajar dalam proses pengobatan dan.
Terstruktur sebagai
proses yang berkelanjutan dari proses penyadaran diri, termasuk dalam
masyarakat itu ialah lingkungan sosial, kelompok sebaya dan staf
pendamping, melalui pendekatan ini diharapkan penderita siap untuk kembali ke
masyarakat.
NEXT.....
3. Pencegahan tersier
Rehabilitasi
Pada kegiatan ini penderita diharapkan dapat kembali
berfungsi hidup secara optimum, upaya pendampingan yang di kenal sebagai
re-entry program di mana penderita mulai bekerja dan hidup sebagaimana layaknya
orang lain dan pada saat tertentu berdiskusi dengan pendamping mereka (psikolog
dan pekerja sosial), sehingga akhirnya ia dapat berfungsi kembali sebagaimana
layaknya orang biasa dan dapat mencegah supaya ia tidak menggunakan obat
addiktif lagi.
Oleh karena karakteristik dari ketergantungan obat penuh
dengan faktor relaps maka tahap pencegahan oleh sebagian ahli dibedakan atas
primary prevention, secondary prevention dan relaps prevention ( Trachenberg,
1997)
Ada beberapa bentuk penanggulangan narkoba, yaitu:
Promotif atau pembinaan;
ditujukan kepada masyarakat yang belum memakai narkoba, atau bahkan yang belum
mengenal narkoba. Prinsipnya adalah dengan meningkatkan peranan atau kegiatan
agar kelompok ini secara nyata lebih sejahtera sehingga tidak pernah berpikir
untuk memperoleh kebahagiaan semu dengan memakai narkoba
Rehabilitasi;
rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan
kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program kuratif.
NEXT....
Metode penanggulangan yang paling mendasar dan efektif
adalah promotif dan preventif. Upaya yang paling praktis dan nyata adalah
refresif. Upaya yang manusiawi adalah kuratif dan rehabilitatif.
Terapi medika dan psikologis
Menyembuhkan penderita narkoba bisa memakai berbagai
kombinasi metode yang beragam.
Terapi medis adalah metode pengobatan yang dilakukan oleh
seorang dokter ahli
NEXT....
Terapi psiklogis adalah dengan cara memulihkan kondisi
psikologis penderita yang kacau. Terapi psikologis bisa dilakukan oleh seorang
psikiater atau psikolog atau siapapun yang merasa mampu dan sanggup bertindak
bijak, sabar, dan demokratis.
Terapi nilai dan moralitas adalah dengan cara menawarkan
secara argumentatif alternatif nilai dan moralitas yang baik, sehat dan
mencerahkan kepada penderita. Terapi dalam konteks terapi nilai dan moralitas
ini adalah mendialogkan ajaran agama atau nilai-nilai, basis kesadaran, dan
moralitas di luar agama.
Yang terpenting dalam proses terapi penderita narkoba
adalah komunikasi dan dialog dalam suasana yang demokratis.
TERIMA KASIH